Firdaus Community Music List

Sunday 20 October 2013

Kesaksian Mongol Mantan Jendral Gereja Setan


Yang kesaksian itu jendral-jendralnya gereja setan, mereka ada 7 jendral utama.
Mereka punya ritual seperti yg gereja umumnya lakukan :
1.     Praise & Worship : tapi lagu2nya yang lagi disenengin anak muda, dan biasanya yang beraliran heavy metal/rock, termasuk juga lagunya Santana (Maria), Janet & Michael Jackson (scream), John Lennon (Imagine) atau lagunya Bon Jovi, terus Black Sabbath, dan aliran heavy metal lainnya.
 
2.     Pembacaan firman : bukan pake bible yang biasa tetapi Satanic Bible, yang isinya memutarbalikkan semua isi alkitab menurut versi mereka.
3.     Perjamuan kudus : mereka makan organ tubuh bayi (hasil aborsi) dan minum darah bayi.
4.     perjamuan kasih : mereka boleh melakukan seks bebas dengan orang-orang yang hadir di situ, dan juga narkoba dibagikan secara free.
Mereka punya 2 program kerja :
1.    Jangka panjang : membangun bait 'allah' nya mereka yaitu antikris
2.    Jangka pendek : menjaring jiwa-jiwa khususnya generasi muda dan menyusup ke gereja-gereja.
Untuk daerah operasi mereka, dibagi2, dan basis yang di Asia, yaitu Indonesia, ada di Menado, karena tingkat aborsinya paling tinggi dan roh teritorialnya (roh penguasa daerah menado adalah roh perzinahan).

Yang seru nich, waktu AGS (Anak gereja setan) menyusup ke gereja-gereja : Untuk gereja-gereja di luar Pantekosta karismatik, mereka ikut ibadah/menyusup mulai dari awal kebaktian. Khususnya untuk gereja Pentakosta Karismatik (seperti gereja2 dibawah GBI dan sejenisnya), mereka menyusup waktu pembacaan firman, karena mereka tidak bisa masuk waktu pujian & penyembahan.
Targetnya mereka : bikin 75% jemaat ngantuk, 20% jemaat ngobrol, Cuma 5% yang dengerin itupun kalo dengerin) dengan cara mereka mengucapkan mantra-mantra tertentu. Menurut mereka, gereja2 di luar pentakosta karismatik, gampang sekali untuk mereka nyusup karena khan engga ada pendoa syafaat yang jaga juga tidak ada praise & worship. Kalo di gereja pentakosta, pendoa syafaat pasti doa selama ibadah berlangsung, dan kalo sudah pujian& penyembahan, malaikat2 Tuhan akan berjaga di sekeliling gereja itu, jadi susah untuk ditembus, walaupun mereka menguasai ilmu tembus dinding, tapi kalo sudah ada malaikat2 yang jaga, mereka engga akan bisa keluar, dan bahayanya buat mereka kemungkinan mereka bisa kesakitan dan manifestasi.
Ada 4 hal yang anak gereja setan takut :
1.    Praise & Worship
2.    Firman Tuhan
3.    Doa
4.    Selengkap senjata Allah
Kalo sudah ada orang yang sampai terjerat masuk gereja setan, tidak akan bisa dilepaskan kecuali waktu Tuhan sendiri, karena waktu mereka masuk, mereka buat perjanjian darah dengan setan, dengan cara setiap orang baru, disuruh mengeluarkan darah dari bagian tubuh manapun dan dicampur dengan ramuan dan holy water, untuk diritualkan.
Orang yang kesaksian ini namanya Mongol, dia memang keturunan Dinasti Mongol, anak ke 16 dari 23 saudara, ibunya ke 3 dari 6 istri ayahnya. Keluarga kaya sekali di Menado , punya tambang mutiara. Karena pangkatnya jendral di Gereja Setan, dia menguasai Ilmu Pentagram sampe tingkat 1 (yang paling tinggi. Dia juga menguasai 8 macam bahasa internasional, IP-nya 4,12 --- 1 tingkat dibawah Ilham Habibie. Tapi setelah bertobat, semua bahasa yang dia kuasai hilang, Ilmu Pentagram-nya juga hilang, dan dia diusir sama keluarganya, sampe engga punya uang sedikitpun. Tapi dia pegang janji Tuhan bahwa seluruh keluarganya akan diselamatkan.
Cara dia bertobat, tidak sengaja ketemu 1 orang hamba Tuhan. Dia mau lawan itu hamba Tuhan dengan ilmu yang dia punya dari yang paling rendah sampe yang paling tinggi, engga bisa. Waktu dia mau lari, kakinya tidak bisa digerakkan. Akhirnya dia cuma bisa nangis dan dibawa hamba Tuhan itu tadi ke seminari. Di satu ruangan, waktu dia sadar, dia denger Ibu itu (hamba Tuhan tadi) lagi Praise & Worship. Dia coba lawan lagi dengan ilmu2 yang dia punya, tapi tetap tidak bisa. Akhirnya didoakan, dilepaskan, dan manifestasinya keluar aneh2. Ada keluar kertas hitam yang terbakar (itu Ilmu pentagramnya dia), terus sampe terakhir keluar antena. Antena itu ternyata setiap jendral2 tsb punya transmitter dengan telepati tingkat tinggi, kalo ada ritual mereka dimana, walaupun mereka tidak ada di tempat tsb, tapi mereka bisa tau. Dia dilepaskan sampai 8 bulan, dan itu sakit sekali. Karena ilmunya khan sudah yang aneh2, dan dia sering minum & makan darah & organ tubuh manusia.
Cara mereka narik orang2 muda :
1.      Dengan ajak makan, tapi mereka tidak pernah ajak makan di restoran yang murah, pasti yang punya 21% tax & service.
2.      Masing-masing mereka memakai cincin pentagram dengan sudut2 yang tajam, waktu mereka berusaha dengan cara apapun untuk salaman, dan agak ditarik, jadi pasti kena cincin mereka. Darah yang ada di cincin tersebut itu diritualkan oleh mereka.
 info lainnya : Michael Jackson menguasai ilmu pentagram tingkat 3, dan David Copperfield menguasai Ilmu pentagram tingkat 4.
Baca SelengkapnyaKesaksian Mongol Mantan Jendral Gereja Setan


Yang kesaksian itu jendral-jendralnya gereja setan, mereka ada 7 jendral utama.
Mereka punya ritual seperti yg gereja umumnya lakukan :
1.     Praise & Worship : tapi lagu2nya yang lagi disenengin anak muda, dan biasanya yang beraliran heavy metal/rock, termasuk juga lagunya Santana (Maria), Janet & Michael Jackson (scream), John Lennon (Imagine) atau lagunya Bon Jovi, terus Black Sabbath, dan aliran heavy metal lainnya.
 
2.     Pembacaan firman : bukan pake bible yang biasa tetapi Satanic Bible, yang isinya memutarbalikkan semua isi alkitab menurut versi mereka.
3.     Perjamuan kudus : mereka makan organ tubuh bayi (hasil aborsi) dan minum darah bayi.
4.     perjamuan kasih : mereka boleh melakukan seks bebas dengan orang-orang yang hadir di situ, dan juga narkoba dibagikan secara free.
Mereka punya 2 program kerja :
1.    Jangka panjang : membangun bait 'allah' nya mereka yaitu antikris
2.    Jangka pendek : menjaring jiwa-jiwa khususnya generasi muda dan menyusup ke gereja-gereja.
Untuk daerah operasi mereka, dibagi2, dan basis yang di Asia, yaitu Indonesia, ada di Menado, karena tingkat aborsinya paling tinggi dan roh teritorialnya (roh penguasa daerah menado adalah roh perzinahan).

Yang seru nich, waktu AGS (Anak gereja setan) menyusup ke gereja-gereja : Untuk gereja-gereja di luar Pantekosta karismatik, mereka ikut ibadah/menyusup mulai dari awal kebaktian. Khususnya untuk gereja Pentakosta Karismatik (seperti gereja2 dibawah GBI dan sejenisnya), mereka menyusup waktu pembacaan firman, karena mereka tidak bisa masuk waktu pujian & penyembahan.
Targetnya mereka : bikin 75% jemaat ngantuk, 20% jemaat ngobrol, Cuma 5% yang dengerin itupun kalo dengerin) dengan cara mereka mengucapkan mantra-mantra tertentu. Menurut mereka, gereja2 di luar pentakosta karismatik, gampang sekali untuk mereka nyusup karena khan engga ada pendoa syafaat yang jaga juga tidak ada praise & worship. Kalo di gereja pentakosta, pendoa syafaat pasti doa selama ibadah berlangsung, dan kalo sudah pujian& penyembahan, malaikat2 Tuhan akan berjaga di sekeliling gereja itu, jadi susah untuk ditembus, walaupun mereka menguasai ilmu tembus dinding, tapi kalo sudah ada malaikat2 yang jaga, mereka engga akan bisa keluar, dan bahayanya buat mereka kemungkinan mereka bisa kesakitan dan manifestasi.
Ada 4 hal yang anak gereja setan takut :
1.    Praise & Worship
2.    Firman Tuhan
3.    Doa
4.    Selengkap senjata Allah
Kalo sudah ada orang yang sampai terjerat masuk gereja setan, tidak akan bisa dilepaskan kecuali waktu Tuhan sendiri, karena waktu mereka masuk, mereka buat perjanjian darah dengan setan, dengan cara setiap orang baru, disuruh mengeluarkan darah dari bagian tubuh manapun dan dicampur dengan ramuan dan holy water, untuk diritualkan.
Orang yang kesaksian ini namanya Mongol, dia memang keturunan Dinasti Mongol, anak ke 16 dari 23 saudara, ibunya ke 3 dari 6 istri ayahnya. Keluarga kaya sekali di Menado , punya tambang mutiara. Karena pangkatnya jendral di Gereja Setan, dia menguasai Ilmu Pentagram sampe tingkat 1 (yang paling tinggi. Dia juga menguasai 8 macam bahasa internasional, IP-nya 4,12 --- 1 tingkat dibawah Ilham Habibie. Tapi setelah bertobat, semua bahasa yang dia kuasai hilang, Ilmu Pentagram-nya juga hilang, dan dia diusir sama keluarganya, sampe engga punya uang sedikitpun. Tapi dia pegang janji Tuhan bahwa seluruh keluarganya akan diselamatkan.
Cara dia bertobat, tidak sengaja ketemu 1 orang hamba Tuhan. Dia mau lawan itu hamba Tuhan dengan ilmu yang dia punya dari yang paling rendah sampe yang paling tinggi, engga bisa. Waktu dia mau lari, kakinya tidak bisa digerakkan. Akhirnya dia cuma bisa nangis dan dibawa hamba Tuhan itu tadi ke seminari. Di satu ruangan, waktu dia sadar, dia denger Ibu itu (hamba Tuhan tadi) lagi Praise & Worship. Dia coba lawan lagi dengan ilmu2 yang dia punya, tapi tetap tidak bisa. Akhirnya didoakan, dilepaskan, dan manifestasinya keluar aneh2. Ada keluar kertas hitam yang terbakar (itu Ilmu pentagramnya dia), terus sampe terakhir keluar antena. Antena itu ternyata setiap jendral2 tsb punya transmitter dengan telepati tingkat tinggi, kalo ada ritual mereka dimana, walaupun mereka tidak ada di tempat tsb, tapi mereka bisa tau. Dia dilepaskan sampai 8 bulan, dan itu sakit sekali. Karena ilmunya khan sudah yang aneh2, dan dia sering minum & makan darah & organ tubuh manusia.
Cara mereka narik orang2 muda :
1.      Dengan ajak makan, tapi mereka tidak pernah ajak makan di restoran yang murah, pasti yang punya 21% tax & service.
2.      Masing-masing mereka memakai cincin pentagram dengan sudut2 yang tajam, waktu mereka berusaha dengan cara apapun untuk salaman, dan agak ditarik, jadi pasti kena cincin mereka. Darah yang ada di cincin tersebut itu diritualkan oleh mereka.
 info lainnya : Michael Jackson menguasai ilmu pentagram tingkat 3, dan David Copperfield menguasai Ilmu pentagram tingkat 4.

Kesaksian Adoniram Judson

Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Matius 18:3).

Ini akan menjadi khotbah biografi. Saya akan menyampaikan kisah pertobatan Adoniram Judson (1788-1850) kepada Anda. Pertobatannya harus menjadi hal yang sangat menarik bagi anak-anak muda yang tumbuh di gereja. Ia adalah gambaran sempurna tentang “anak-anak gereja” yang dipertobatkan setelah perjuangan yang lama. 
 
Adoniram Judson pergi menjadi misionaris pertama, salah satu rombongan pertama dari para misionaris yang diutus keluar dari Amerika Utara. Pada 19 Pebruari 1812 Adoniram dan Ann Judson berlayar dari Cape Cod, Massachusetts menuju India. Dari sana mereka membawa Injil ke Burma (sekarang Myanmar). Keluarga Judson ini melewati penderitaan pahit, dipenjara, dan keluarganya mengalami banyak tragedi sebagai misionaris pertama di negeri penyembah berhala di mana belum pernah ada misionaris datang ke tempat itu sebelumnya. Namun Judson tidak pernah bimbang akan komitmennya untuk memenangkan para penyembah berhala ini bagi Kristus, dan menerjemahkan Alkitab untuk pertama kalinya ke dalam bahasa Burma. Bagaimana Adoniram Judson menjadi seorang Kristen yang kuat seperti itu? Ketika membaca kisah hidupnya, saya menjadi diyakinkan bahwa dasar iman Kristennya terletak pada pertobatan sejati yang ia pernah alami ketika ia masih muda, sebelum ia pergi ke ladang misi. Dalam khotbah ini saya mendasarkan pada Courtney Anderson yang berjudul, To the Golden Shore: The Life of Adoniram Judson (Judson Press, 1987 edition). 
 
Namanya adalah Adoniram Judson, Jr. Ayahnya, Adoniram Judson, Sr. adalah pendeta Kongregasional kolot. Orang yang paling ditakuti oleh Adoniram Judson muda adalah ayahnya. Nampaknya kekaguman dan hormat yang menyebabkan putranya takut kepadanya. Ia hampir tidak mampu bercanda dan tertawa. Ia seorang yang keras dan tegas seperti Tuhan sendiri. Pada kenyataannya, dalam pikiran muda Adoniram, Allah dan ayahnya hampir identik sama. 
 
Adoniram belajar membaca pada waktu umur tiga tahun. Ini membuat ayahnya merasa bahwa anak laki-lakinya akan menjadi seorang besar, dan ayahnya mengatakan itu kepadanya lagi dan lagi. Ayahnya hanyalah seorang pendeta miskin, namun ia ingin anaknya akan menjadi jauh lebih besar dari pada dirinya – menjadi seorang pendeta di sebuah gereja besar di New England. Ia berharap agar putranya akan mencapai kesuksesan dan ketenaran yang ia tidak pernah bayangkan. 
 
Pada masa kanak-kanaknya Adoniram membaca segala yang ia dapatkan di tangannya, dari buku-buku di perpustakaan ayahnya sampai novel-novel dan drama yang populer pada saat itu. Namun ia sangat aktif dan energik. Sebelum ia berumur sepuluh tahun ia telah menjadi seorang ahli matematika yang pandai, dan telah belajar dasar-dasar bahasa Yunani dan Latin. Ayahnya mengatakan kepadanya, “Kamu adalah anak yang sangat [cerdas], Adoniram, dan saya mengharapkan kelak kamu menjadi orang besar.” Kata-kata itu membuat kesan mendalam baginya. “Saya mengharapkan kelak kamu menjadi orang besar.”
Pada saat itu jemaat yang digembalakan oleh ayahnya mengalami perpecahan gereja yang sangat mengerikan. Akhirnya keluarga itu harus pindah ke kota lain di mana ayahnya menjadi pendeta di sebuah gereja kecil yang lain. Namun Adoniram memiliki respek yang besar kepada teladan ayahnya: yang tidak pernah kompromi. 
 
Adoniram merasakan bahwa takdirnya adalah menjadi seorang ahli pidato, seorang penyair, atau seorang negarawan seperti John Adams – sesuatu yang dihubungkan dengan buku-buku dan pembelajaran, sesuatu yang akan membuat dia dipuji dan tenar, dan membuat namanya dikenal sepanjang masa.
Ia selalu ingin menjadi orang yang benar-benar saleh. Namun bagaimana ia dapat menjadi seorang Kristen sejati dan menjadi orang besar pada saat yang sama? Ketika ia terbaring sakit, ia seperti mendengar suara yang berkata di dalam pikirannya, “Bukan bagi kita, bukan bagi kita, namun bagi nama-Nyalah kemuliaan itu.” Itu mungkin saja menjadi seorang pendeta pedesaan yang tidak dikenal yang ketenarannya berkumandang sampai kepada kekekalan, bahkan walaupun ia tidak mendengarkan di sini. Dunia salah tentang para pahlawannya. Dunia salah dalam penilaiannya. Ketenaran dari seorang pendeta pedesaan yang tidak dikenal sesungguhnya lebih luar biasa – begitu banyak yang lebih besar sehingga pencapaian duniawi lainnya menjadi menyusut menjadi hal yang tidak penting. Ini adalah satu-satunya ketenaran yang menang atas kubur. “Bukan bagi kita, bukan bagi kita, namun bagi nama-Nyalah kemuliaan itu” terus berdengung di telinganya. Ia duduk dalam posisi tegak di ranjang sakitnya, dikejutkan oleh pikiran-pikiran aneh ini.
Bagaimanapun, ia segera berusaha mengusirnya dari pikirannya. Namun untuk waktu yang singkat ingatan itu begitu kuat sehingga ia akan mengingatnya sampai akhir hidupnya. 
 
Sebelum pada usia enam belas tahun Adoniram telah masuk perguruan tinggi. Meskipun ayah Adoniram adalah tamatan Yale, namun ia tidak mengirim putranya ke sana, mungkin karena terlalu jauh dari rumahnya. Walaupun Harvard hanyalah lima puluh mil jauhnya, ia tidak mengirim putranya ke sana karena sekolah itu telah menjadi liberal. Sebaliknya Pdt. Judson mengirim putranya ke Rhode Island College di Providence. Tidak lama setelah Adoniram masuk, perguruan tinggi itu berubah nama menjadi “Brown University.” Pdt. Judson tahu bahwa sekolah itu adalah sekolah yang mengajarkan kebenaran, mengajarkan Alkitab. Pdt. Judson merasa bahwa Adoniram akan aman di perguruan tinggi ini. 
 
Karena Adoniram telah mengenal bahasa Latin, Yunani, matematika, astronomi, logika, pidato dan filsafat moral ia masuk sekolah seperti sebagai mahasiswa tahun kedua dari pada mahasiswa tahun pertama. Para profesornya segera menyadari itu. Di akhir kuliah tahun pertama rektor perguruan tinggi tersebut mengirim surat kepada ayahnya, menyebut Adoniram “putra yang sangat baik dan menjanjikan.” Hati Pdt. Judson begitu bangga ketika membaca surat itu. 
 
Para mahasiswa di perguruan tinggi tersebut segera menyadari bahwa, walaupun ia adalah seorang anak pendeta, Adoniram telah memiliki ketertarikan yang sangat kecil dalam menghadiri kebaktian doa yang diadakan dua kali seminggu. Sebaliknya ia menjadi sangat popular dengan anak-anak muda yang belum bertobat di sekolah itu. 
 
Adoniram segera berteman dengan seseorang yang bernama Jacob Eames, yang berusia satu tahun lebih tua darinya. Eames sangat berbakat, pintar dan sangat populer – namun ia adalah seorang Deist (orang yang percaya bahwa dengan pengetahuan, akal dan pikiran, seseorang dapat menentukan Tuhan itu nyata), bukan seorang Kristen. Ia dan Adoniram menjadi sahabat dekat, dan Adoniram sangat dipengaruhi oleh dia sehingga ia segera menjadi seperti orang yang tidak percaya Tuhan seperti Jacob Eames. Jika ayah Adoniram mengetahui bahwa ia telah menjadi Deist, ia pasti segera akan membawa dia keluar dari universitas tersebut. Pdt. Judson menentang liberalism, Uniatarianisme, dan Universalisme, namun ia merasa bahwa Deisme adalah yang terburuk dari semua itu. Kaum Deist menolak Alkitab sepenuhnya. Kaum Deist hanya percaya bahwa ada Allah yang tidak terlibat dengan umat manusia sama sekali. Mereka menolak Kristus sebagai Anak Allah, tidak percaya tentang Sorga atau Neraka, atau Darah penebusan Kristus. Namun Pdt. Judson tidak tahu bahwa sahabat Adoniram, Jacob Eames telah memimpin putranya ke dalam kesesatan dan ketidakpercayaan seperti itu. 
 
Jacob Eames adalah pemimpin kelompok anak-anak muda dimana Adoniram bergabung. Pemuda-pemuda ini belajar bersama, menghadiri peseta bersama, ngobrol bersama, dan bermain bersama. Orang-orang muda ini tidak tertarik pada Kekristenan. Mereka berbicara tentang bagaimana menjadi para penulis tersohor, dramawan, dan para aktor.Mereka mau menjadi para pengikut Shakespeare dan Godsmiths dari Dunia Baru di Amerika. Seluruh agama yang ayah Adoniram ajarkan dengan begitu hati-hati kepada putranya lenyap sepenuhnya. Jacob Eames telah “membebaskan” Adoniram dari kepercayaan lama ayahnya, dan telah membebaskan dia untuk mencari ketenaran dan kekayaan. 
 
Namun Adoniram memiliki perasaan bersalah yang membuat dia gelisah. Menolak Allah ayahnya adalah sama dengan menolak ayahnya, yang masih ia sangat hormati di dalam hatinya. Ia sungguih takut akan penolakan ayahnya, sehingga ia tidak pernah menyampaikan ketidakpercayaannya ketika ia pulang liburan semester. 
 
Adoniram menjadi juara satu di kelasnya. Ia dipilih menjadi wakil wisudawan, dan menyampaikan pidatonya di acara wisudanya. Segera setelah ia tahu bahwa ia telah memenangkan kehormatan ini ia lari ke kamarnya dan menulis, “Ayah yang tersayang, saya telah memperolehnya. Putra kesayanganmu, A.J.” Di akhir wisuda itu, pada posisi yang paling terhormat. Adoniram memberikan pidatonya, dengan menyampaikan betapa ia sangat bangga kepada ayah dan ibunya di hadapan para hadirin. 
 
Jadi, di usia sembilan belas tahun, Adoniram telah memulai pekerjaan hidupnya. Namun ia tidak memiliki ide untuk menjadi apa! Ia pulang ke rumahnya dan pergi ke gereja bersama dengan ayah dan ibunya setiap Minggu. Kedua orangtuanya tidak tahu bahwa ia sekarang telah menjadi orang tidak percaya. Ia merasa seperti seorang munafik setiap kali ia bersama ayah dan ibunya dalam doa bersama keluarganya.
Setiap minggu ia semakin resah. Ia menyimpan pikiran tentang ambisi-ambisi yang ia telah ia bicarakan dengan Jacob Eames. Pada musim panas itu ia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah dan pergi ke New York. Ia akan menjumpai orang-orang yang bekerja dengan theater. Ia akan belajar menulis drama sebagai langkah awalnya. Ia tahu bahwa ayah dan ibunya telah berpikir bahwa New York adalah kota yang paling penuh dosa di Amerika, sebuah Sodom modern. Ia tahu bahwa mereka berpikir theater adalah lubang neraka dari kebobrokan dan dosa. Namun ia berpikir bahwa orangtuanya terlalu berpikiran sempit.
Segera ia mempersiapkan diri untuk pergi ke New York. Kedua orangtuanya bereaksi seperti seakan ia sedang pamit kepada mereka bahwa ia akan melakukan perjalanan ke bulan! Mereka tidak menyadari bahwa ia telah bertujuan untuk bebas dari aturan mereka, bertindak dan berpikir untuk dirinya sendiri sebagai seorang dewasa. Pada titik ini ayahnya meminta dia untuk belajar menjadi seorang pendeta. Ketika Adoniram mendengar itu, ia berusaha mengatakan suatu kebenaran kepada orangtuanya. Bahwa Allah mereka bukan Allahnya. Bahwa ia tidak percaya lagi Alkitab. Bahwa ia tidak percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. 
 
Ayahnya mencoba untuk berargumentasi dengannya, namun gagal. Ibunya menangis dan meratap sambil ia mengikuti dia dari kamar ke kamar. “Bagaimana kamu dapat melakukan ini kepada ibumu?” ia berteriak. Adoniram yang sangat disayanginya telah memilih Iblis dan menolak Allah. Ia dapat mendengar tangisan dan doa ibunya untuk dia kapanpun ia pulang ke rumah. 
 
Adoniram menerima itu tanpa mengeluh selama enam hari. Kemudian ia mengambil kudanya dan menungganginya menuju New York. Namun ketika ia sampai di sana ia menemukan bahwa kota itu bukan sorga seperti yang ia mimpikan. Tidak ada yang menyambutnya dan tidak ada pekerjaan. Ia hanya tinggal beberapa minggu sebelum pergi dalam penolakan dan sakit hatinya. 
 
Ketika matahari mulai tenggelam ia sampai di sebuah desa kecil. Ia menemukan sebuah penginapan, mengikat kudanya di kandang, dan memesan kamar kepada pemilik penginapan. Penginapan itu hampir penuh. Hanya ada satu kamar yang tersisa. Seorang tuan tanah itu menjelaskan kepadanya bahwa kamar di sebelahnya ada anak muda yang sakit keras, mungkin sedang sekarat. Ia pasti akan terganggu malam itu. “Tidak,” kata Adoniram, ia tidak akan membiarkan sedikit keributan di sebelah kamarnya menghentikan dia untuk menikmati istirahat yang tenang malam itu. Setelah memberi dia sesuatu untuk dimakan, sang tuan tanah itu membawa Adoniram ke kamarnya dan meninggalkan dia di sana. Adoniram pergi tidur, dan berharap bisa tidur. 
 
Namun ia tidak dapat tidur. Ia dapat mendengar suara pelan yang berasal dari kamar di depannya, kadang kedengaran dan kadang tidak, seperti ada suara papan yang berkeretak, suara-suara pelan, namun kadang raungan dan hembusan nafas. Suara-suara ini tidak terlalu mengganggunya – tidak mengganggu karena ia berpikir orang itu mungkin sekarat. Kematian adalah hal yang umum bagi New England-nya Adoniram. Itu memang harus terjadi kepada setiap orang, berapapun umurnya. 
 
Apa yang mengganggunya adalah pikiran bahwa orang itu ada di dalam kamar di samping kamarnya yang tidak siap untuk mati. Apakah ia, dirinya sendiri, siap untuk itu? Pikiran-pikiran ini melewati pikirannya ketika ia berbaring setengah mimpi dan setengah sadar di sana. Ia ingin tahu bagaimana ia sendiri akan menghadapi kematian. Ayahnya akan menganggap kematian seperti pintu terbuka menuju kemuliaan kekal. Namun bagi Adoniram, pemuda tidak percaya Tuhan ini, kematian adalah pintu menuju jurang kehampaan, menuju kegelapan, kebinasaan, lebih buruk lagi – apa? Tubuhnya akan hancur seperti ketika ia berpikir tentang kubur, tubuhnya yang mati membusuk, ditimbun di dalam tanah dalam peti mati. Apakah semua ini, melalui abad-abad tiada akhir? 
 
Namun bagian lain dari dia mentertawakan pikiran-pikiran tengah malam ini. Apa yang akan teman-temanya di perguruan tinggi pikirkan tentang teror-teror malam itu? Di atas semua, apa yang akan sahabat baiknya Jacob Eames pikirkan? Ia membayangkan Eames mentertawakan dia, dan ia merasa malu.
Ketika ia bangun matahari sudah terbit menerobos jendelanya. Ketakutannya telah sirna bersama dengan kegelapan itu. Ia dapat sulit mempercayai mengapa ia menjadi begitu lemah dan takut pada malam itu. Ia berpakaian dan turun untuk sarapan. Ia menemui pemilik penginapan dan membayar tagihannya. Kemudian ia bertanya apakah anak muda di sebelah kamarnya itu sudah lebih baik. Orang itu menjawab, “Ia telah meninggal dunia.” Kemudian Adoniram bertanya, “Apakah Anda tahu siapakah dia itu?” Pemilik penginapan itu menjawab, “Oh. Iya. Ia adalah anak muda dari Brown University, namanya adalah Eames, Jacob Eames.” Itu berarti sahabat baiknya, Jacob Eames yang tidak percaya Tuhan, yang telah mati di sebelah kamarnya malam itu. 
 
Adoniram tidak pernah dapat mengingat bagaimana ia melalui beberapa jam berikutnya. Semua yang ia ingat adalah bahwa ia tidak meninggalkan penginapan itu untuk beberapa jam. Akhirnya ia pergi, menunggang kudanya dalam kebingungan. Satu kata terus merasuki pikirannya – “terhilang!” Dalam kematian, sahabatnya Jacob Eames masih terhilang – sepenuhnya terhilang. Terhilang dalam kematian. Kehilangan sahabat-sahabatnya, kehilangan dunia, kehilangan masa depan. Jika pandangan-pandangan Eames sendiri benar, bukankah kehidupan dan kematiannya tidak memiliki arti. 
 
Namun bagaimana jika Eames salah? Bagaimana jika Alkitab secara literal benar dan pribadi Allah itu nyata? Kemudian Jacob Eames terhilang untuk selama-lamanya. Dan setelah itu, pada saat itu, Eames tahu bahwa ia salah. Namun sekarang sudah sangat terlambat bagi Eames bertobat. Ketika mengetahui kesalahannya, Eames telah terlanjur mengalami siksaan api neraka yang tak terlukiskan. Semua kesempatan untuk diselamatkan telah hilang, terhilang untuk selama-lamanya. Pikiran-pikiran ini mengguncangkan pikiran Adoniram. Adoniram berpikir bahwa sahabat baiknya mati di sebelah kamarnya tidak mungkin suatu kebetulan belaka. Adoniram berpikir bahwa Allah ayahnya telah merancang peristiwa-peristiwa ini melalui ketetapan, itu sama sekali bukanlah suatu kebetulan. 
 
Tiba-tiba Adoniram merasa bahwa Allah dari Alkitab adalah Allah yang riil. Ia memutar kudanya dan menuju rumahnya. Perjalanan menuju rumahnya memerlukan waktu lima minggu, namun selama lima minggu itu apa yang ia telah mulai untuk membebaskan diri dari kendali orangtuanya telah berbalik menguncang jiwanya dengan begitu hebatnya. Selanjutnya hatinya begitu kacau, dalam ketakutan akan kematian jiwanya. Ia pulang ke rumahnya sebagai orang berdosa yang telah dibangunkan. 
 
Pada saat itu dua pendeta datang ke rumah ayahnya. Mereka mengusulkan agar Adoniram mendaftarkan diri ke seminari yang baru saja dibuka. Ia masuk ke Andover Theological Seminary pada bulan Oktober. Ia belum bertobat pada waktu itu, sehingga ia mendaftar sebagai mahasiswa khusus, bukan sebagai calon hamba Tuhan. Sebagai seorang mahasiswa di sana ia mulai membaca Alkitab dalam bahasa asli, yaitu bahasa Ibrani dan Yunani. Sebelum November keraguannya mulai pergi, dan ia dapat menulis bahwa ia “mulai menemukan harapan untuk menerima pengaruh Roh Kudus yang melahirbarukan.” Pada hari kedua di bulan Desember – suatu hari yang ia tidak pernah lupakan – ia bertobat dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Sejak saat itu ia benar-benar menjadi manusia baru. Ia berbalik dari mimpi-mimpi kesuksesan duniawinya untuk selama-lamanya dan bertanya kepada dirinya sendiri, “Bagaimana saya dapat menjadi paling berkenan di hadapan Allah?” 
 
Ini adalah suatu pertobatan penting yang sangat luar biasa, karena itu memimpin Adoniram menjadi misionaris ke negeri asing pertama, yaitu ke Burma. Setibanya di ladang misi, Adoniram Judson menjadi seorang Baptis, melalui studi kata Yunani “baptizo.” Ia mau pergi ke Burma pada saat ketika tidak ada misionaris yang pernah datang ke negeri penyembah berhala itu. Walaupun penderitaan yang begitu pahit, dipenjarakan dan berbagai tragedi menimpa keluarganya, termasuk kematian dari istri pertama dan kemudian istri keduanya dan beberapa anaknya, Adoniram Judson tidak pernah bimbang dalam memenuhi komitmennya untuk memenangkan jiwa bagi Kristus, dan menerjemahkan seluruh Alkitab ke dalam bahasa Burma. Betapa kami berdoa agar beberapa anak muda di gereja kita ini akan mengalami pertobatan sejati, seperti Adoniram Judson, dan pergi melayani Kristus selama hidupnya. Dr. John R. Rice (1895-1980) menulis sebuah lagu yang dengan sempurna menggambarkan pertobatan Adoniram.
Aku hidup menuruti kesenanganku, Aku bekerja keras untuk harta dunia,
   Namun dama damai yang melampaui segalanya, hanya ku temukan dalam Yesus….

Kesombongan akan kebaikanku menggagalkanku, Tiada obat untuk dosa yang menyakitiku
   Roh Allah kemudian menginsafkanku, Tuk meninggalkan dosa-dosa ku ke atas Yesus.

Firman Allah telah lama ku tolak, Roh-Nya memanggil, memintaku dengan tegas
   Bertobatlah, Oleh Yesus, Yesus yang berharga
Semua dosa ku kini diampuni, Rantai dosa telah dipatahkan,
   Dan segenap hatiku kuserahkan, Kepada Yesus, hanya Yesus.

Oh Kristus, karena kasih yang tiada henti, Karena berkat yang terus meningkat
   Karena semua ketakutanku sirna, Aku memuji dan mengasihi Yesusku.
Semua dosa ku kini diampuni, Rantai dosa telah dipatahkan,
   Dan segenap hatiku kuserahkan, Kepada Yesus, hanya Yesus.
        (“Jesus, Only Jesus” by Dr. John R. Rice, 1895-1980).

Baca SelengkapnyaKesaksian Adoniram Judson
Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Matius 18:3).

Ini akan menjadi khotbah biografi. Saya akan menyampaikan kisah pertobatan Adoniram Judson (1788-1850) kepada Anda. Pertobatannya harus menjadi hal yang sangat menarik bagi anak-anak muda yang tumbuh di gereja. Ia adalah gambaran sempurna tentang “anak-anak gereja” yang dipertobatkan setelah perjuangan yang lama. 
 
Adoniram Judson pergi menjadi misionaris pertama, salah satu rombongan pertama dari para misionaris yang diutus keluar dari Amerika Utara. Pada 19 Pebruari 1812 Adoniram dan Ann Judson berlayar dari Cape Cod, Massachusetts menuju India. Dari sana mereka membawa Injil ke Burma (sekarang Myanmar). Keluarga Judson ini melewati penderitaan pahit, dipenjara, dan keluarganya mengalami banyak tragedi sebagai misionaris pertama di negeri penyembah berhala di mana belum pernah ada misionaris datang ke tempat itu sebelumnya. Namun Judson tidak pernah bimbang akan komitmennya untuk memenangkan para penyembah berhala ini bagi Kristus, dan menerjemahkan Alkitab untuk pertama kalinya ke dalam bahasa Burma. Bagaimana Adoniram Judson menjadi seorang Kristen yang kuat seperti itu? Ketika membaca kisah hidupnya, saya menjadi diyakinkan bahwa dasar iman Kristennya terletak pada pertobatan sejati yang ia pernah alami ketika ia masih muda, sebelum ia pergi ke ladang misi. Dalam khotbah ini saya mendasarkan pada Courtney Anderson yang berjudul, To the Golden Shore: The Life of Adoniram Judson (Judson Press, 1987 edition). 
 
Namanya adalah Adoniram Judson, Jr. Ayahnya, Adoniram Judson, Sr. adalah pendeta Kongregasional kolot. Orang yang paling ditakuti oleh Adoniram Judson muda adalah ayahnya. Nampaknya kekaguman dan hormat yang menyebabkan putranya takut kepadanya. Ia hampir tidak mampu bercanda dan tertawa. Ia seorang yang keras dan tegas seperti Tuhan sendiri. Pada kenyataannya, dalam pikiran muda Adoniram, Allah dan ayahnya hampir identik sama. 
 
Adoniram belajar membaca pada waktu umur tiga tahun. Ini membuat ayahnya merasa bahwa anak laki-lakinya akan menjadi seorang besar, dan ayahnya mengatakan itu kepadanya lagi dan lagi. Ayahnya hanyalah seorang pendeta miskin, namun ia ingin anaknya akan menjadi jauh lebih besar dari pada dirinya – menjadi seorang pendeta di sebuah gereja besar di New England. Ia berharap agar putranya akan mencapai kesuksesan dan ketenaran yang ia tidak pernah bayangkan. 
 
Pada masa kanak-kanaknya Adoniram membaca segala yang ia dapatkan di tangannya, dari buku-buku di perpustakaan ayahnya sampai novel-novel dan drama yang populer pada saat itu. Namun ia sangat aktif dan energik. Sebelum ia berumur sepuluh tahun ia telah menjadi seorang ahli matematika yang pandai, dan telah belajar dasar-dasar bahasa Yunani dan Latin. Ayahnya mengatakan kepadanya, “Kamu adalah anak yang sangat [cerdas], Adoniram, dan saya mengharapkan kelak kamu menjadi orang besar.” Kata-kata itu membuat kesan mendalam baginya. “Saya mengharapkan kelak kamu menjadi orang besar.”
Pada saat itu jemaat yang digembalakan oleh ayahnya mengalami perpecahan gereja yang sangat mengerikan. Akhirnya keluarga itu harus pindah ke kota lain di mana ayahnya menjadi pendeta di sebuah gereja kecil yang lain. Namun Adoniram memiliki respek yang besar kepada teladan ayahnya: yang tidak pernah kompromi. 
 
Adoniram merasakan bahwa takdirnya adalah menjadi seorang ahli pidato, seorang penyair, atau seorang negarawan seperti John Adams – sesuatu yang dihubungkan dengan buku-buku dan pembelajaran, sesuatu yang akan membuat dia dipuji dan tenar, dan membuat namanya dikenal sepanjang masa.
Ia selalu ingin menjadi orang yang benar-benar saleh. Namun bagaimana ia dapat menjadi seorang Kristen sejati dan menjadi orang besar pada saat yang sama? Ketika ia terbaring sakit, ia seperti mendengar suara yang berkata di dalam pikirannya, “Bukan bagi kita, bukan bagi kita, namun bagi nama-Nyalah kemuliaan itu.” Itu mungkin saja menjadi seorang pendeta pedesaan yang tidak dikenal yang ketenarannya berkumandang sampai kepada kekekalan, bahkan walaupun ia tidak mendengarkan di sini. Dunia salah tentang para pahlawannya. Dunia salah dalam penilaiannya. Ketenaran dari seorang pendeta pedesaan yang tidak dikenal sesungguhnya lebih luar biasa – begitu banyak yang lebih besar sehingga pencapaian duniawi lainnya menjadi menyusut menjadi hal yang tidak penting. Ini adalah satu-satunya ketenaran yang menang atas kubur. “Bukan bagi kita, bukan bagi kita, namun bagi nama-Nyalah kemuliaan itu” terus berdengung di telinganya. Ia duduk dalam posisi tegak di ranjang sakitnya, dikejutkan oleh pikiran-pikiran aneh ini.
Bagaimanapun, ia segera berusaha mengusirnya dari pikirannya. Namun untuk waktu yang singkat ingatan itu begitu kuat sehingga ia akan mengingatnya sampai akhir hidupnya. 
 
Sebelum pada usia enam belas tahun Adoniram telah masuk perguruan tinggi. Meskipun ayah Adoniram adalah tamatan Yale, namun ia tidak mengirim putranya ke sana, mungkin karena terlalu jauh dari rumahnya. Walaupun Harvard hanyalah lima puluh mil jauhnya, ia tidak mengirim putranya ke sana karena sekolah itu telah menjadi liberal. Sebaliknya Pdt. Judson mengirim putranya ke Rhode Island College di Providence. Tidak lama setelah Adoniram masuk, perguruan tinggi itu berubah nama menjadi “Brown University.” Pdt. Judson tahu bahwa sekolah itu adalah sekolah yang mengajarkan kebenaran, mengajarkan Alkitab. Pdt. Judson merasa bahwa Adoniram akan aman di perguruan tinggi ini. 
 
Karena Adoniram telah mengenal bahasa Latin, Yunani, matematika, astronomi, logika, pidato dan filsafat moral ia masuk sekolah seperti sebagai mahasiswa tahun kedua dari pada mahasiswa tahun pertama. Para profesornya segera menyadari itu. Di akhir kuliah tahun pertama rektor perguruan tinggi tersebut mengirim surat kepada ayahnya, menyebut Adoniram “putra yang sangat baik dan menjanjikan.” Hati Pdt. Judson begitu bangga ketika membaca surat itu. 
 
Para mahasiswa di perguruan tinggi tersebut segera menyadari bahwa, walaupun ia adalah seorang anak pendeta, Adoniram telah memiliki ketertarikan yang sangat kecil dalam menghadiri kebaktian doa yang diadakan dua kali seminggu. Sebaliknya ia menjadi sangat popular dengan anak-anak muda yang belum bertobat di sekolah itu. 
 
Adoniram segera berteman dengan seseorang yang bernama Jacob Eames, yang berusia satu tahun lebih tua darinya. Eames sangat berbakat, pintar dan sangat populer – namun ia adalah seorang Deist (orang yang percaya bahwa dengan pengetahuan, akal dan pikiran, seseorang dapat menentukan Tuhan itu nyata), bukan seorang Kristen. Ia dan Adoniram menjadi sahabat dekat, dan Adoniram sangat dipengaruhi oleh dia sehingga ia segera menjadi seperti orang yang tidak percaya Tuhan seperti Jacob Eames. Jika ayah Adoniram mengetahui bahwa ia telah menjadi Deist, ia pasti segera akan membawa dia keluar dari universitas tersebut. Pdt. Judson menentang liberalism, Uniatarianisme, dan Universalisme, namun ia merasa bahwa Deisme adalah yang terburuk dari semua itu. Kaum Deist menolak Alkitab sepenuhnya. Kaum Deist hanya percaya bahwa ada Allah yang tidak terlibat dengan umat manusia sama sekali. Mereka menolak Kristus sebagai Anak Allah, tidak percaya tentang Sorga atau Neraka, atau Darah penebusan Kristus. Namun Pdt. Judson tidak tahu bahwa sahabat Adoniram, Jacob Eames telah memimpin putranya ke dalam kesesatan dan ketidakpercayaan seperti itu. 
 
Jacob Eames adalah pemimpin kelompok anak-anak muda dimana Adoniram bergabung. Pemuda-pemuda ini belajar bersama, menghadiri peseta bersama, ngobrol bersama, dan bermain bersama. Orang-orang muda ini tidak tertarik pada Kekristenan. Mereka berbicara tentang bagaimana menjadi para penulis tersohor, dramawan, dan para aktor.Mereka mau menjadi para pengikut Shakespeare dan Godsmiths dari Dunia Baru di Amerika. Seluruh agama yang ayah Adoniram ajarkan dengan begitu hati-hati kepada putranya lenyap sepenuhnya. Jacob Eames telah “membebaskan” Adoniram dari kepercayaan lama ayahnya, dan telah membebaskan dia untuk mencari ketenaran dan kekayaan. 
 
Namun Adoniram memiliki perasaan bersalah yang membuat dia gelisah. Menolak Allah ayahnya adalah sama dengan menolak ayahnya, yang masih ia sangat hormati di dalam hatinya. Ia sungguih takut akan penolakan ayahnya, sehingga ia tidak pernah menyampaikan ketidakpercayaannya ketika ia pulang liburan semester. 
 
Adoniram menjadi juara satu di kelasnya. Ia dipilih menjadi wakil wisudawan, dan menyampaikan pidatonya di acara wisudanya. Segera setelah ia tahu bahwa ia telah memenangkan kehormatan ini ia lari ke kamarnya dan menulis, “Ayah yang tersayang, saya telah memperolehnya. Putra kesayanganmu, A.J.” Di akhir wisuda itu, pada posisi yang paling terhormat. Adoniram memberikan pidatonya, dengan menyampaikan betapa ia sangat bangga kepada ayah dan ibunya di hadapan para hadirin. 
 
Jadi, di usia sembilan belas tahun, Adoniram telah memulai pekerjaan hidupnya. Namun ia tidak memiliki ide untuk menjadi apa! Ia pulang ke rumahnya dan pergi ke gereja bersama dengan ayah dan ibunya setiap Minggu. Kedua orangtuanya tidak tahu bahwa ia sekarang telah menjadi orang tidak percaya. Ia merasa seperti seorang munafik setiap kali ia bersama ayah dan ibunya dalam doa bersama keluarganya.
Setiap minggu ia semakin resah. Ia menyimpan pikiran tentang ambisi-ambisi yang ia telah ia bicarakan dengan Jacob Eames. Pada musim panas itu ia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah dan pergi ke New York. Ia akan menjumpai orang-orang yang bekerja dengan theater. Ia akan belajar menulis drama sebagai langkah awalnya. Ia tahu bahwa ayah dan ibunya telah berpikir bahwa New York adalah kota yang paling penuh dosa di Amerika, sebuah Sodom modern. Ia tahu bahwa mereka berpikir theater adalah lubang neraka dari kebobrokan dan dosa. Namun ia berpikir bahwa orangtuanya terlalu berpikiran sempit.
Segera ia mempersiapkan diri untuk pergi ke New York. Kedua orangtuanya bereaksi seperti seakan ia sedang pamit kepada mereka bahwa ia akan melakukan perjalanan ke bulan! Mereka tidak menyadari bahwa ia telah bertujuan untuk bebas dari aturan mereka, bertindak dan berpikir untuk dirinya sendiri sebagai seorang dewasa. Pada titik ini ayahnya meminta dia untuk belajar menjadi seorang pendeta. Ketika Adoniram mendengar itu, ia berusaha mengatakan suatu kebenaran kepada orangtuanya. Bahwa Allah mereka bukan Allahnya. Bahwa ia tidak percaya lagi Alkitab. Bahwa ia tidak percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. 
 
Ayahnya mencoba untuk berargumentasi dengannya, namun gagal. Ibunya menangis dan meratap sambil ia mengikuti dia dari kamar ke kamar. “Bagaimana kamu dapat melakukan ini kepada ibumu?” ia berteriak. Adoniram yang sangat disayanginya telah memilih Iblis dan menolak Allah. Ia dapat mendengar tangisan dan doa ibunya untuk dia kapanpun ia pulang ke rumah. 
 
Adoniram menerima itu tanpa mengeluh selama enam hari. Kemudian ia mengambil kudanya dan menungganginya menuju New York. Namun ketika ia sampai di sana ia menemukan bahwa kota itu bukan sorga seperti yang ia mimpikan. Tidak ada yang menyambutnya dan tidak ada pekerjaan. Ia hanya tinggal beberapa minggu sebelum pergi dalam penolakan dan sakit hatinya. 
 
Ketika matahari mulai tenggelam ia sampai di sebuah desa kecil. Ia menemukan sebuah penginapan, mengikat kudanya di kandang, dan memesan kamar kepada pemilik penginapan. Penginapan itu hampir penuh. Hanya ada satu kamar yang tersisa. Seorang tuan tanah itu menjelaskan kepadanya bahwa kamar di sebelahnya ada anak muda yang sakit keras, mungkin sedang sekarat. Ia pasti akan terganggu malam itu. “Tidak,” kata Adoniram, ia tidak akan membiarkan sedikit keributan di sebelah kamarnya menghentikan dia untuk menikmati istirahat yang tenang malam itu. Setelah memberi dia sesuatu untuk dimakan, sang tuan tanah itu membawa Adoniram ke kamarnya dan meninggalkan dia di sana. Adoniram pergi tidur, dan berharap bisa tidur. 
 
Namun ia tidak dapat tidur. Ia dapat mendengar suara pelan yang berasal dari kamar di depannya, kadang kedengaran dan kadang tidak, seperti ada suara papan yang berkeretak, suara-suara pelan, namun kadang raungan dan hembusan nafas. Suara-suara ini tidak terlalu mengganggunya – tidak mengganggu karena ia berpikir orang itu mungkin sekarat. Kematian adalah hal yang umum bagi New England-nya Adoniram. Itu memang harus terjadi kepada setiap orang, berapapun umurnya. 
 
Apa yang mengganggunya adalah pikiran bahwa orang itu ada di dalam kamar di samping kamarnya yang tidak siap untuk mati. Apakah ia, dirinya sendiri, siap untuk itu? Pikiran-pikiran ini melewati pikirannya ketika ia berbaring setengah mimpi dan setengah sadar di sana. Ia ingin tahu bagaimana ia sendiri akan menghadapi kematian. Ayahnya akan menganggap kematian seperti pintu terbuka menuju kemuliaan kekal. Namun bagi Adoniram, pemuda tidak percaya Tuhan ini, kematian adalah pintu menuju jurang kehampaan, menuju kegelapan, kebinasaan, lebih buruk lagi – apa? Tubuhnya akan hancur seperti ketika ia berpikir tentang kubur, tubuhnya yang mati membusuk, ditimbun di dalam tanah dalam peti mati. Apakah semua ini, melalui abad-abad tiada akhir? 
 
Namun bagian lain dari dia mentertawakan pikiran-pikiran tengah malam ini. Apa yang akan teman-temanya di perguruan tinggi pikirkan tentang teror-teror malam itu? Di atas semua, apa yang akan sahabat baiknya Jacob Eames pikirkan? Ia membayangkan Eames mentertawakan dia, dan ia merasa malu.
Ketika ia bangun matahari sudah terbit menerobos jendelanya. Ketakutannya telah sirna bersama dengan kegelapan itu. Ia dapat sulit mempercayai mengapa ia menjadi begitu lemah dan takut pada malam itu. Ia berpakaian dan turun untuk sarapan. Ia menemui pemilik penginapan dan membayar tagihannya. Kemudian ia bertanya apakah anak muda di sebelah kamarnya itu sudah lebih baik. Orang itu menjawab, “Ia telah meninggal dunia.” Kemudian Adoniram bertanya, “Apakah Anda tahu siapakah dia itu?” Pemilik penginapan itu menjawab, “Oh. Iya. Ia adalah anak muda dari Brown University, namanya adalah Eames, Jacob Eames.” Itu berarti sahabat baiknya, Jacob Eames yang tidak percaya Tuhan, yang telah mati di sebelah kamarnya malam itu. 
 
Adoniram tidak pernah dapat mengingat bagaimana ia melalui beberapa jam berikutnya. Semua yang ia ingat adalah bahwa ia tidak meninggalkan penginapan itu untuk beberapa jam. Akhirnya ia pergi, menunggang kudanya dalam kebingungan. Satu kata terus merasuki pikirannya – “terhilang!” Dalam kematian, sahabatnya Jacob Eames masih terhilang – sepenuhnya terhilang. Terhilang dalam kematian. Kehilangan sahabat-sahabatnya, kehilangan dunia, kehilangan masa depan. Jika pandangan-pandangan Eames sendiri benar, bukankah kehidupan dan kematiannya tidak memiliki arti. 
 
Namun bagaimana jika Eames salah? Bagaimana jika Alkitab secara literal benar dan pribadi Allah itu nyata? Kemudian Jacob Eames terhilang untuk selama-lamanya. Dan setelah itu, pada saat itu, Eames tahu bahwa ia salah. Namun sekarang sudah sangat terlambat bagi Eames bertobat. Ketika mengetahui kesalahannya, Eames telah terlanjur mengalami siksaan api neraka yang tak terlukiskan. Semua kesempatan untuk diselamatkan telah hilang, terhilang untuk selama-lamanya. Pikiran-pikiran ini mengguncangkan pikiran Adoniram. Adoniram berpikir bahwa sahabat baiknya mati di sebelah kamarnya tidak mungkin suatu kebetulan belaka. Adoniram berpikir bahwa Allah ayahnya telah merancang peristiwa-peristiwa ini melalui ketetapan, itu sama sekali bukanlah suatu kebetulan. 
 
Tiba-tiba Adoniram merasa bahwa Allah dari Alkitab adalah Allah yang riil. Ia memutar kudanya dan menuju rumahnya. Perjalanan menuju rumahnya memerlukan waktu lima minggu, namun selama lima minggu itu apa yang ia telah mulai untuk membebaskan diri dari kendali orangtuanya telah berbalik menguncang jiwanya dengan begitu hebatnya. Selanjutnya hatinya begitu kacau, dalam ketakutan akan kematian jiwanya. Ia pulang ke rumahnya sebagai orang berdosa yang telah dibangunkan. 
 
Pada saat itu dua pendeta datang ke rumah ayahnya. Mereka mengusulkan agar Adoniram mendaftarkan diri ke seminari yang baru saja dibuka. Ia masuk ke Andover Theological Seminary pada bulan Oktober. Ia belum bertobat pada waktu itu, sehingga ia mendaftar sebagai mahasiswa khusus, bukan sebagai calon hamba Tuhan. Sebagai seorang mahasiswa di sana ia mulai membaca Alkitab dalam bahasa asli, yaitu bahasa Ibrani dan Yunani. Sebelum November keraguannya mulai pergi, dan ia dapat menulis bahwa ia “mulai menemukan harapan untuk menerima pengaruh Roh Kudus yang melahirbarukan.” Pada hari kedua di bulan Desember – suatu hari yang ia tidak pernah lupakan – ia bertobat dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Sejak saat itu ia benar-benar menjadi manusia baru. Ia berbalik dari mimpi-mimpi kesuksesan duniawinya untuk selama-lamanya dan bertanya kepada dirinya sendiri, “Bagaimana saya dapat menjadi paling berkenan di hadapan Allah?” 
 
Ini adalah suatu pertobatan penting yang sangat luar biasa, karena itu memimpin Adoniram menjadi misionaris ke negeri asing pertama, yaitu ke Burma. Setibanya di ladang misi, Adoniram Judson menjadi seorang Baptis, melalui studi kata Yunani “baptizo.” Ia mau pergi ke Burma pada saat ketika tidak ada misionaris yang pernah datang ke negeri penyembah berhala itu. Walaupun penderitaan yang begitu pahit, dipenjarakan dan berbagai tragedi menimpa keluarganya, termasuk kematian dari istri pertama dan kemudian istri keduanya dan beberapa anaknya, Adoniram Judson tidak pernah bimbang dalam memenuhi komitmennya untuk memenangkan jiwa bagi Kristus, dan menerjemahkan seluruh Alkitab ke dalam bahasa Burma. Betapa kami berdoa agar beberapa anak muda di gereja kita ini akan mengalami pertobatan sejati, seperti Adoniram Judson, dan pergi melayani Kristus selama hidupnya. Dr. John R. Rice (1895-1980) menulis sebuah lagu yang dengan sempurna menggambarkan pertobatan Adoniram.
Aku hidup menuruti kesenanganku, Aku bekerja keras untuk harta dunia,
   Namun dama damai yang melampaui segalanya, hanya ku temukan dalam Yesus….

Kesombongan akan kebaikanku menggagalkanku, Tiada obat untuk dosa yang menyakitiku
   Roh Allah kemudian menginsafkanku, Tuk meninggalkan dosa-dosa ku ke atas Yesus.

Firman Allah telah lama ku tolak, Roh-Nya memanggil, memintaku dengan tegas
   Bertobatlah, Oleh Yesus, Yesus yang berharga
Semua dosa ku kini diampuni, Rantai dosa telah dipatahkan,
   Dan segenap hatiku kuserahkan, Kepada Yesus, hanya Yesus.

Oh Kristus, karena kasih yang tiada henti, Karena berkat yang terus meningkat
   Karena semua ketakutanku sirna, Aku memuji dan mengasihi Yesusku.
Semua dosa ku kini diampuni, Rantai dosa telah dipatahkan,
   Dan segenap hatiku kuserahkan, Kepada Yesus, hanya Yesus.
        (“Jesus, Only Jesus” by Dr. John R. Rice, 1895-1980).

William Carrey

William Carey

Seorang misionaris Baptis asal Inggris yang melayani di India, lahir di Inggris tahun 1761. Menjadi pendeta sebelum terjun ke ladang misi, selama 41 tahun ia aktif melayani Tuhan di India, termasuk menerjemahkan Alkitab.

"Seorang pembuat sepatu yang menjadi sarjana, ahli bahasa, dan misionaris melalui latihan yang Tuhan berikan." William Carey adalah salah seorang kepercayaan Tuhan dalam sejarah penginjilan! Salah seorang penulis biografinya, F. Dealville Walker, menuliskan: "Dengan sedikit orang yang sezaman dengannya, ia hampir sendirian dalam berusaha untuk menaklukkan sikap acuh tak acuh dan permusuhan yang paling sering terjadi dalam usaha-usaha penginjilan; Carey menyusun rencana untuk kegiatan misi dan mencetak "Enquiry", bukunya; dia memengaruhi orang-orang yang takut dan ragu-ragu dalam mengambil langkah untuk menginjili dunia." Penulis biografi lain menulis, "Karena dia memberikan seluruh hidupnya, tidaklah berlebihan bila dia disebut sebagai misionaris Kristen yang terbesar dan mumpuni yang ada di zaman modern." 

Carey lahir di sebuah pondok kecil yang atapnya terbuat dari ilalang di Paulerspury, sebuah desa di Northamptonshire, Inggris, pada 17 Agustus 1761 dari keluarga penenun. Saat berusia delapan belas tahun, ia meninggalkan Gereja Inggris (Church of England) untuk "mengikut Kristus" dan "mengikut Dia serta meninggalkan segalanya dan menanggung derita-Nya". Awalnya, ia bergabung dengan gereja Congregational di Hackleton di mana dia belajar dan bekerja membuat sepatu. Di sana pula ia menikah; pada tahun 1781. Di Hackleton, ia mulai berjalan sejauh lima mil ke Olney untuk lebih mendalami kebenaran iman. Olney merupakan benteng Particular Baptists, sebuah kelompok di mana Carey banyak menghabiskan waktunya setelah dibaptis pada 5 Oktober 1783. Dua tahun kemudian, dia pindah ke Moulton untuk menjadi kepala sekolah dan setahun kemudian menjadi pendeta Baptis jemaat kecil di sana. 

Di Moultonlah Carey mendapat panggilan misi. Dalam kata-katanya sendiri, dia mengatakan, "Perhatianku pada misi pertama kali muncul setelah aku berada di Moulton, saat membaca buku `The Last Voyage of Captain Cook`." Bagi banyak orang, Jurnal Cook adalah kisah petualangan yang mendebarkan, tetapi bagi Carey cerita itu justru menyingkapkan kebutuhan manusia! Kemudian, dia mulai membaca setiap buku yang berhubungan dengan masalah itu. (Hal ini bersamaan dengan pelajaran bahasa yang ditekuninya -- saat berusia 21 tahun, Carey sudah menguasai bahasa Latin, Yunani, Ibrani dan Italia, dan sedang belajar bahasa Belanda dan Perancis. Ada seseorang yang menyebut pondok tempatnya membuat sepatu itu sebagai "Carey`s College", karena saat membuat sepatu sambil berkhotbah, dia tidak pernah duduk di bangku tanpa ada beberapa buku di depannya. 

Semakin banyak yang dia baca dan pelajari, dia semakin yakin bahwa "orang-orang di dunia ini memerlukan Kristus". Dia membaca, mencatat, membuat bola dunia dari kulit, dan suatu hari, dalam ketenangan di bengkel sepatunya -- tidak pada beberapa konferensi misi yang penuh antusias -- Carey mendengar panggilan: "Bahwa sudah menjadi kewajiban semua orang untuk percaya kepada Injil ..., maka menjadi tugas mereka yang percaya Injil untuk berusaha supaya Injil dikenal oleh semua bangsa." Dan Carey dengan menangis menjawab, "Ini aku; utuslah aku!" 

Berserah diri adalah satu hal, meraih sasaran adalah hal yang berbeda. Tidak ada masyarakat misi dan tidak ada minat yang sungguh-sungguh terhadap misi. Saat Carey mengemukakan masalah ini untuk didiskusikan di suatu pertemuan dengan para pelayan -- "Tidak peduli apakah perintah yang diberikan kepada para rasul untuk mengajar semua bangsa adalah suatu keharusan pada pelayanan yang sukses sampai akhir zaman, janji penyertaan Tuhan pada perintah-Nya itu sama pentingnya dalam menentukan kesuksesan pelayanan." -- Dr. Ryland menyahut, "Anak muda, duduklah. Bila Allah berkenan untuk mempertobatkan penyembah berhala, Ia akan melakukannya tanpa bantuanmu ataupun bantuanku." Lebih lanjut, Andrew Filler mengatakan perasaannya menyerupai pemimpin Israel yang tidak percaya kepada Tuhan, yang berkata, "Jika Allah mau membuat jendela di surga, kiranya terjadilah!" 

Tetapi Carey pantang mundur. Dia kemudian berkata tentang pelayanannya, "Aku bisa bekerja keras!" Dan dia adalah seorang pria yang "selalu dengan teguh menekankan untuk tidak pernah menyerah pada sesuatu atau pada hal-hal kecil apa pun". Ini telah dicamkan dalam pikirannya sampai ia mendapatkan pengetahuan yang jelas tentang apa yang ia pelajari. 

Maka Carey menulis bukunya yang terkenal, "Enquiry Into the Obligations of the Christians to Use Means for the Conversion of the Heathen". Dalam karya besarnya di bidang misi ini, Carey menjawab bantahan-bantahan, meneliti sejarah misi dari zaman apostolik, meneliti dunia secara keseluruhan, yaitu negara-negara, ukuran, jumlah penduduk dan agama, dan menggeluti penerapan praktis bagaimana menjangkau dunia untuk Kristus! 

Kemudian dia memohon dan berjuang dengan susah payah. Namun, dia pantang menyerah. Dia berkhotbah -- khususnya pada zamannya -- dan dia berpesan, "Mengharapkan hal-hal besar dari Tuhan. Mengusahakan hal-hal besar untuk Tuhan." Pesan yang dikhotbahkan di Nottingham pada 30 Mei 1792 dan pelayanan misi Carey yang lainnya menghasilkan Baptist Missionary Society (Masyarakat Misionaris Baptis), yang dibentuk pada musim gugur di Kettering pada 2 Oktober 1792. Pendaftaran dimulai, dan ironisnya, Carey tidak dapat menyumbangkan uang sedikit pun selain hasil dari keuntungan penjualan bukunya, The Enquiry. 

Tahun 1793, Carey pergi ke India. Awalnya, istrinya menolak untuk ikut bersamanya sehingga mau tak mau Carey berangkat sendiri, namun setelah dua kali kembali dari galangan kapal untuk membujuk istrinya lagi, Dorothy dan anak-anaknya akhirnya mau menemaninya. Mereka bersama dengan Dr. Thomas sampai di ujung Hooghly di India pada November 1793. Mereka menjalani tahun-tahun keputusasaan (selama tujuh tahun tak ada satu pun orang India yang bertobat), hutang, penyakit, keadaan yang memperburuk pikiran istrinya, dan kematian. Namun atas anugerah Tuhan dan dengan kekuatan firman Tuhan, Carey tetap berjalan dan berjuang untuk Kristus! 

Carey meninggal pada usia ke-73 (1834). Sebelumnya dia telah melihat Alkitab diterjemahkan dan dicetak dalam empat puluh bahasa, dia telah menjadi profesor di suatu sekolah tinggi, dan telah mendirikan sekolah tinggi di Serampore. Dia telah melihat India membuka pintunya untuk misi, dia telah melihat diberlakukannya larangan hukuman sati (membakar jendela pada saat upacara pembakaran mayat suami yang meninggal), dan dia telah melihat pertobatan untuk Kristus. 

Di tempat tidur di mana dia meninggal, Carey berpesan kepada teman misinya, "Dr. Duff! Engkau telah berbicara tentang Dr. Carey; saat saya pergi, jangan katakan apa pun tentang Dr. Carey tapi katakan tentang Allah Dr. Carey." Perintah itu merupakan simbol dari Carey, yang oleh banyak orang dianggap sebagai seorang "tokoh yang unik, melebihi orang-orang pada zamannya dan pendahulunya" dalam pelayanan misi
Baca SelengkapnyaWilliam Carrey

William Carey

Seorang misionaris Baptis asal Inggris yang melayani di India, lahir di Inggris tahun 1761. Menjadi pendeta sebelum terjun ke ladang misi, selama 41 tahun ia aktif melayani Tuhan di India, termasuk menerjemahkan Alkitab.

"Seorang pembuat sepatu yang menjadi sarjana, ahli bahasa, dan misionaris melalui latihan yang Tuhan berikan." William Carey adalah salah seorang kepercayaan Tuhan dalam sejarah penginjilan! Salah seorang penulis biografinya, F. Dealville Walker, menuliskan: "Dengan sedikit orang yang sezaman dengannya, ia hampir sendirian dalam berusaha untuk menaklukkan sikap acuh tak acuh dan permusuhan yang paling sering terjadi dalam usaha-usaha penginjilan; Carey menyusun rencana untuk kegiatan misi dan mencetak "Enquiry", bukunya; dia memengaruhi orang-orang yang takut dan ragu-ragu dalam mengambil langkah untuk menginjili dunia." Penulis biografi lain menulis, "Karena dia memberikan seluruh hidupnya, tidaklah berlebihan bila dia disebut sebagai misionaris Kristen yang terbesar dan mumpuni yang ada di zaman modern." 

Carey lahir di sebuah pondok kecil yang atapnya terbuat dari ilalang di Paulerspury, sebuah desa di Northamptonshire, Inggris, pada 17 Agustus 1761 dari keluarga penenun. Saat berusia delapan belas tahun, ia meninggalkan Gereja Inggris (Church of England) untuk "mengikut Kristus" dan "mengikut Dia serta meninggalkan segalanya dan menanggung derita-Nya". Awalnya, ia bergabung dengan gereja Congregational di Hackleton di mana dia belajar dan bekerja membuat sepatu. Di sana pula ia menikah; pada tahun 1781. Di Hackleton, ia mulai berjalan sejauh lima mil ke Olney untuk lebih mendalami kebenaran iman. Olney merupakan benteng Particular Baptists, sebuah kelompok di mana Carey banyak menghabiskan waktunya setelah dibaptis pada 5 Oktober 1783. Dua tahun kemudian, dia pindah ke Moulton untuk menjadi kepala sekolah dan setahun kemudian menjadi pendeta Baptis jemaat kecil di sana. 

Di Moultonlah Carey mendapat panggilan misi. Dalam kata-katanya sendiri, dia mengatakan, "Perhatianku pada misi pertama kali muncul setelah aku berada di Moulton, saat membaca buku `The Last Voyage of Captain Cook`." Bagi banyak orang, Jurnal Cook adalah kisah petualangan yang mendebarkan, tetapi bagi Carey cerita itu justru menyingkapkan kebutuhan manusia! Kemudian, dia mulai membaca setiap buku yang berhubungan dengan masalah itu. (Hal ini bersamaan dengan pelajaran bahasa yang ditekuninya -- saat berusia 21 tahun, Carey sudah menguasai bahasa Latin, Yunani, Ibrani dan Italia, dan sedang belajar bahasa Belanda dan Perancis. Ada seseorang yang menyebut pondok tempatnya membuat sepatu itu sebagai "Carey`s College", karena saat membuat sepatu sambil berkhotbah, dia tidak pernah duduk di bangku tanpa ada beberapa buku di depannya. 

Semakin banyak yang dia baca dan pelajari, dia semakin yakin bahwa "orang-orang di dunia ini memerlukan Kristus". Dia membaca, mencatat, membuat bola dunia dari kulit, dan suatu hari, dalam ketenangan di bengkel sepatunya -- tidak pada beberapa konferensi misi yang penuh antusias -- Carey mendengar panggilan: "Bahwa sudah menjadi kewajiban semua orang untuk percaya kepada Injil ..., maka menjadi tugas mereka yang percaya Injil untuk berusaha supaya Injil dikenal oleh semua bangsa." Dan Carey dengan menangis menjawab, "Ini aku; utuslah aku!" 

Berserah diri adalah satu hal, meraih sasaran adalah hal yang berbeda. Tidak ada masyarakat misi dan tidak ada minat yang sungguh-sungguh terhadap misi. Saat Carey mengemukakan masalah ini untuk didiskusikan di suatu pertemuan dengan para pelayan -- "Tidak peduli apakah perintah yang diberikan kepada para rasul untuk mengajar semua bangsa adalah suatu keharusan pada pelayanan yang sukses sampai akhir zaman, janji penyertaan Tuhan pada perintah-Nya itu sama pentingnya dalam menentukan kesuksesan pelayanan." -- Dr. Ryland menyahut, "Anak muda, duduklah. Bila Allah berkenan untuk mempertobatkan penyembah berhala, Ia akan melakukannya tanpa bantuanmu ataupun bantuanku." Lebih lanjut, Andrew Filler mengatakan perasaannya menyerupai pemimpin Israel yang tidak percaya kepada Tuhan, yang berkata, "Jika Allah mau membuat jendela di surga, kiranya terjadilah!" 

Tetapi Carey pantang mundur. Dia kemudian berkata tentang pelayanannya, "Aku bisa bekerja keras!" Dan dia adalah seorang pria yang "selalu dengan teguh menekankan untuk tidak pernah menyerah pada sesuatu atau pada hal-hal kecil apa pun". Ini telah dicamkan dalam pikirannya sampai ia mendapatkan pengetahuan yang jelas tentang apa yang ia pelajari. 

Maka Carey menulis bukunya yang terkenal, "Enquiry Into the Obligations of the Christians to Use Means for the Conversion of the Heathen". Dalam karya besarnya di bidang misi ini, Carey menjawab bantahan-bantahan, meneliti sejarah misi dari zaman apostolik, meneliti dunia secara keseluruhan, yaitu negara-negara, ukuran, jumlah penduduk dan agama, dan menggeluti penerapan praktis bagaimana menjangkau dunia untuk Kristus! 

Kemudian dia memohon dan berjuang dengan susah payah. Namun, dia pantang menyerah. Dia berkhotbah -- khususnya pada zamannya -- dan dia berpesan, "Mengharapkan hal-hal besar dari Tuhan. Mengusahakan hal-hal besar untuk Tuhan." Pesan yang dikhotbahkan di Nottingham pada 30 Mei 1792 dan pelayanan misi Carey yang lainnya menghasilkan Baptist Missionary Society (Masyarakat Misionaris Baptis), yang dibentuk pada musim gugur di Kettering pada 2 Oktober 1792. Pendaftaran dimulai, dan ironisnya, Carey tidak dapat menyumbangkan uang sedikit pun selain hasil dari keuntungan penjualan bukunya, The Enquiry. 

Tahun 1793, Carey pergi ke India. Awalnya, istrinya menolak untuk ikut bersamanya sehingga mau tak mau Carey berangkat sendiri, namun setelah dua kali kembali dari galangan kapal untuk membujuk istrinya lagi, Dorothy dan anak-anaknya akhirnya mau menemaninya. Mereka bersama dengan Dr. Thomas sampai di ujung Hooghly di India pada November 1793. Mereka menjalani tahun-tahun keputusasaan (selama tujuh tahun tak ada satu pun orang India yang bertobat), hutang, penyakit, keadaan yang memperburuk pikiran istrinya, dan kematian. Namun atas anugerah Tuhan dan dengan kekuatan firman Tuhan, Carey tetap berjalan dan berjuang untuk Kristus! 

Carey meninggal pada usia ke-73 (1834). Sebelumnya dia telah melihat Alkitab diterjemahkan dan dicetak dalam empat puluh bahasa, dia telah menjadi profesor di suatu sekolah tinggi, dan telah mendirikan sekolah tinggi di Serampore. Dia telah melihat India membuka pintunya untuk misi, dia telah melihat diberlakukannya larangan hukuman sati (membakar jendela pada saat upacara pembakaran mayat suami yang meninggal), dan dia telah melihat pertobatan untuk Kristus. 

Di tempat tidur di mana dia meninggal, Carey berpesan kepada teman misinya, "Dr. Duff! Engkau telah berbicara tentang Dr. Carey; saat saya pergi, jangan katakan apa pun tentang Dr. Carey tapi katakan tentang Allah Dr. Carey." Perintah itu merupakan simbol dari Carey, yang oleh banyak orang dianggap sebagai seorang "tokoh yang unik, melebihi orang-orang pada zamannya dan pendahulunya" dalam pelayanan misi

Biograph Of Nomensen

Ompu i DR. I.L. Nommensen


 
 “Rasul Batak”
Nama Ingwer Ludwig Nommensen
Lahir di Nordstrand, Jerman
Tanggal   6 Februari 1834
Meninggal di  Sigumpar, Toba Samosir, pada hari Kamis pagi tanggal 23 Mei 1918 dalam usia 84 tahun dan dikebumikan pada hari Jumat sore tanggal 24 Mei 1918
Anak dari Ayah  :  Pieter Nommensen Ibu     :  Anna
Istri I Caroline (meninggal tahun 1877, karena sakit di Jerman. Menikah di Sibolga 16 Maret 1866-1877, di Sibolga.
Anak:
 
  1. Benoni, meninggal dunia-hanya berumur 7 hari.
  2. Anna – meningal dunia ketika masih anak-anak.
  3. Christian,  mati terbunuh di Pinang Sori oleh lima orang kuli China (Mei 1891).
  4. Nathanael, mati tertembak di arena Perang Dunia I di Perancis.
Istri II  Christine HarderMenikah di Jerman pada tahun 1892, dan meninggal tahun 1909 kemudian dimakamkan di Sigumpar.
Anak : 3 orang (2 perempuan dan 1 laki-laki)
Pendidikan:
Seminari zending Lutheran Rheinische Missionsgesellschaft (RMG), dan ditahbiskan menjadi pendeta pada tahun 1861.
Pekerjaan:
  • Missionaris dari Rheinische Missionsgesellschaft (RMG). (Ditugaskan ke Tanah Batak pada bulan Desember 1861, dan berangkat dari Amsterdam menuju Sumatera dengan kapal Pertinar, dan setelah menempuh perjalanan selama 142 hari, pada tanggal 14 Mei 1862, mendarat di Padang, selanjutnya untuk pertama sekali menetap di daerah Barus.
  • Missionaris dan Pendeta HKBP, tahun 1961 – 19881.
  • Ephorus Pertama HKBP pada tahun 1881 melalui keputusan Kongsi Barmen yang menugaskannya, dan jabatan tersebut diemban sampai akhir hayatnya pada hari Kamis tanggal 23 Mei 1918.
Penghargaan:
  • Pada Tahun 1904 (Di hari ulang tahunnya yang ke-70), mendapat gelar Doktor Honoris Causa di bidang Theologi dari  Fakultas Theologi Universitas Bonn, Jerman.
  • Pada tahun 1911, ia memperoleh penghargaan Kerajaan Belanda dengan diangkat sebagai Officer Ordo Oranye-Nassau. Ia pun akhirnya mendapat gelar sebagai Rasul Orang Batak.
Karya:
  • Tahun 1876, selesai menterjemahkan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Batak Toba.
  • Tahun 1877, beserta Pdt.Johansen mendirikan Sekolah Guru Zending di Pansurnapitu.
  • Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menjadi sebuah gereja terbesar di tengah-tengah suku bangsa Batak, maupun di Indonesia. HKBP berdiri pada tangggal 7 Oktober 1861 yang merupakan buah karya dari 4 orang Misionar Belanda dan Jerman yaitu: H ; (Heine)K (Klammer); B (Betz); dan P (Van Asselt), penginjil sebelum Nommensen ditugaskan dari Rheinische Missionsgeselshaft dari Barmen, Wupertal, Jerman, yang dikenal dengan nama Kongsi Barmen.
Baca SelengkapnyaBiograph Of Nomensen

Ompu i DR. I.L. Nommensen


 
 “Rasul Batak”
Nama Ingwer Ludwig Nommensen
Lahir di Nordstrand, Jerman
Tanggal   6 Februari 1834
Meninggal di  Sigumpar, Toba Samosir, pada hari Kamis pagi tanggal 23 Mei 1918 dalam usia 84 tahun dan dikebumikan pada hari Jumat sore tanggal 24 Mei 1918
Anak dari Ayah  :  Pieter Nommensen Ibu     :  Anna
Istri I Caroline (meninggal tahun 1877, karena sakit di Jerman. Menikah di Sibolga 16 Maret 1866-1877, di Sibolga.
Anak:
 
  1. Benoni, meninggal dunia-hanya berumur 7 hari.
  2. Anna – meningal dunia ketika masih anak-anak.
  3. Christian,  mati terbunuh di Pinang Sori oleh lima orang kuli China (Mei 1891).
  4. Nathanael, mati tertembak di arena Perang Dunia I di Perancis.
Istri II  Christine HarderMenikah di Jerman pada tahun 1892, dan meninggal tahun 1909 kemudian dimakamkan di Sigumpar.
Anak : 3 orang (2 perempuan dan 1 laki-laki)
Pendidikan:
Seminari zending Lutheran Rheinische Missionsgesellschaft (RMG), dan ditahbiskan menjadi pendeta pada tahun 1861.
Pekerjaan:
  • Missionaris dari Rheinische Missionsgesellschaft (RMG). (Ditugaskan ke Tanah Batak pada bulan Desember 1861, dan berangkat dari Amsterdam menuju Sumatera dengan kapal Pertinar, dan setelah menempuh perjalanan selama 142 hari, pada tanggal 14 Mei 1862, mendarat di Padang, selanjutnya untuk pertama sekali menetap di daerah Barus.
  • Missionaris dan Pendeta HKBP, tahun 1961 – 19881.
  • Ephorus Pertama HKBP pada tahun 1881 melalui keputusan Kongsi Barmen yang menugaskannya, dan jabatan tersebut diemban sampai akhir hayatnya pada hari Kamis tanggal 23 Mei 1918.
Penghargaan:
  • Pada Tahun 1904 (Di hari ulang tahunnya yang ke-70), mendapat gelar Doktor Honoris Causa di bidang Theologi dari  Fakultas Theologi Universitas Bonn, Jerman.
  • Pada tahun 1911, ia memperoleh penghargaan Kerajaan Belanda dengan diangkat sebagai Officer Ordo Oranye-Nassau. Ia pun akhirnya mendapat gelar sebagai Rasul Orang Batak.
Karya:
  • Tahun 1876, selesai menterjemahkan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Batak Toba.
  • Tahun 1877, beserta Pdt.Johansen mendirikan Sekolah Guru Zending di Pansurnapitu.
  • Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) menjadi sebuah gereja terbesar di tengah-tengah suku bangsa Batak, maupun di Indonesia. HKBP berdiri pada tangggal 7 Oktober 1861 yang merupakan buah karya dari 4 orang Misionar Belanda dan Jerman yaitu: H ; (Heine)K (Klammer); B (Betz); dan P (Van Asselt), penginjil sebelum Nommensen ditugaskan dari Rheinische Missionsgeselshaft dari Barmen, Wupertal, Jerman, yang dikenal dengan nama Kongsi Barmen.

Biograph Of Martin Luther

Martin Luther

Berikut ini saya ingin posting tentang Sejarah Biografi atau biodata dari seorang Hamba Tuhan pencetus reformasi, sehingga melahirkan gereja Kristen Protestan.

Martin Luther  lahir dari seorang petani petani pada November 10, 1483 di Eisleben di Kekaisaran Romawi Suci - dalam apa yang sekarang ini timur Jerman. Segera setelah kelahiran Martin Luther, keluarganya pindah dari Eisleben untuk Mansfeld. Ayahnya adalah seorang penambang relatif berhasil dan smelter dan Mansfeld adalah sebuah kota pertambangan yang lebih besar. Martin Luther adalah anak kedua lahir Hans dan Magarete (Lindemann) Luther. Dua dari saudara-saudaranya meninggal selama wabah wabah. Seorang saudara lain, Yakobus, hidup sampai dewasa. Ayah Martin Luther tahu bahwa pertambangan adalah pekerjaan yang siklis, dan dia ingin keamanan yang lebih menjanjikan untuk anak muda. Hans Luther memutuskan bahwa ia akan melakukan apa saja yang diperlukan untuk melihat bahwa Martin Luther bisa menjadi pengacara. Hans berusaha agar Martin mulai sekolah di Mansfeld mungkin sekitar tujuh. Sekolah menekankan Latin dan sedikit logika dan retorika. Ketika Martin adalah 14 ia dikirim ke Magdeburg untuk melanjutkan studi. Ia tinggal hanya satu tahun di Magdeburg dan kemudian terdaftar di sekolah Latin di Eisenach sampai 1501. Di tahun 1501 ia terdaftar di Universitas Erfurt di mana ia mempelajari kursus dasar untuk Master of Arts (tata bahasa, logika, retorika, metafisika, dll). Signifikan kepada pengembangan spiritual dan teologis adalah peran utama dari William dari Occam teologi dan metafisika dalam kurikulum Erfurt ini. Pada tahun 1505, tampaknya rencana Han Luther hendak akhirnya terwujud. Anaknya berada di ambang menjadi pengacara. Rencana Han Luther terganggu oleh badai dan sumpah. Pada bulan Juli 1505, Martin Luther terjebak dalam badai mengerikan. Takut bahwa ia akan mati, ia berteriak bersumpah, "Selamatkan aku, St Anna, dan aku akan menjadi seorang biarawan." St Anna adalah ibu dari Perawan Maria dan santo pelindung para penambang. Sebagian berpendapat bahwa ini komitmen untuk menjadi seorang bhikkhu tidak bisa datang dari udara tipis dan bukan merupakan pengalaman intensifikasi di mana sebuah pemikiran yang telah dirumuskan diperluas dan diperdalam.



Pada 17 Juli Martin Luther memasuki biara Augustinian di Erfurt. Keputusan untuk masuk biara adalah satu sulit. Martin tahu bahwa ia akan sangat mengecewakan orang tuanya (yang dilakukannya), tetapi ia juga tahu bahwa seseorang harus menjaga janji yang dibuat kepada Allah. Di luar itu, bagaimanapun, ia juga memiliki alasan internal yang kuat untuk bergabung dengan biara. Luther dihantui oleh rasa tidak aman tentang keselamatan (ia menggambarkan rasa tidak aman ini dengan nada yang mencolok dan menyebut mereka Anfectungen atau Penderitaan.) Sebuah biara adalah tempat yang sempurna untuk menemukan jaminan. Jaminan menghindari dia namun. Dia melemparkan dirinya ke dalam kehidupan seorang bhikkhu dengan semangat. Ini tampaknya tidak membantu. Akhirnya, mentornya menyuruhnya untuk fokus pada Kristus dan dia sendirian dalam usahanya untuk jaminan. Meskipun kekhawatirannya akan mengganggu dia selama bertahun-tahun masih akan datang, benih untuk jaminan di kemudian hari telah dibebankan dalam percakapan itu. Pada 1510, Luther perjalanan sebagai bagian dari delegasi dari biara ke Roma (dia tidak terlalu terkesan dengan apa yang dilihatnya.) Pada tahun 1511, Martin Luther dipindahkan dari biara di Erfurt satu di Wittenberg di mana, setelah menerima gelar dokternya teologi, ia menjadi profesor teologi alkitabiah di Universitas Wittenberg yang baru didirikan. Pada 1513, ia mulai ceramah pertamanya pada Mazmur. Dalam kuliah ini, kritik Luther dunia teologis sekitarnya mulai terbentuk. Kemudian, dalam ceramah pada Surat Paulus kepada Jemaat di Roma (tahun 1515/16) kritik ini menjadi lebih terlihat. Ia selama kuliah ini bahwa Luther akhirnya menemukan jaminan yang menghindari dia selama bertahun-tahun. Penemuan yang mengubah hidup Luther akhirnya mengubah jalan sejarah gereja dan sejarah Eropa. Dalam Roma, Paulus menulis tentang Luther selalu dipahami bahwa istilah berarti bahwa Allah adalah hakim yang adil yang menuntut kebenaran manusia "kebenaran Allah.". Sekarang, Luther memahami kebenaran sebagai hadiah kasih karunia Allah. Dia telah menemukan (atau pulih) doktrin pembenaran oleh anugerah. Penemuan ini membuatnya terbakar. Pada 1517, ia diposting selembar tesis untuk diskusi di pintu kapel Universitas. Ini Sembilan puluh Lima Theses ditetapkan kritik yang menghancurkan penjualan gereja tentang indulgensi dan menjelaskan dasar-dasar pembenaran oleh kasih karunia. Luther juga mengirimkan salinan tesis Uskup Agung Albrecht dari Mainz meminta dia untuk mengakhiri penjualan indulgensi. Albrecht tidak senang. Di Roma, kardinal melihat tesis Luther sebagai serangan terhadap otoritas kepausan. Tahun 1518 pada pertemuan Orde Augustinian di Heidelberg, Martin Luther berangkat posisi dengan presisi bahkan lebih. Dalam Perdebatan Heidelberg, kita melihat tanda-tanda jatuh tempo dalam pemikiran Luther dan kejelasan baru sekitar perspektif teologisnya - Teologi Salib. Setelah pertemuan Heidelberg pada bulan Oktober 1518, Luther diperintahkan untuk menarik kembali posisinya oleh utusan kepausan, Thomas Kardinal Cajetan. Luther menyatakan bahwa ia tidak bisa menarik kembali kecuali kesalahan-kesalahannya yang ditunjukkan kepadanya oleh menarik bagi "kitab suci dan akal sehat" dia tidak akan, pada kenyataannya, tidak bisa menarik kembali. Luther menolak untuk menarik kembali set dalam gerakan ekskomunikasi utamanya. Sepanjang 1519, Luther tetap mengajar dan menulis di Wittenberg. Pada bulan Juni dan Juli tahun itu, ia ikut serta dalam perdebatan tentang Indulgensi lain dan kepausan di Leipzig. Akhirnya, pada tahun 1520, Paus sudah cukup. Pada tanggal 15 Juni paus mengeluarkan banteng (Exsurge Domini - Bangunlah O'Lord) mengancam Luther dengan pengucilan. Luther menerima banteng pada tanggal 10 Oktober. Dia dibakar di depan umum pada 10 Desember. Pada bulan Januari 1521, Paus mengucilkan Martin Luther. Pada bulan Maret, ia dipanggil kembali oleh Kaisar Charles V untuk Worms untuk membela diri. Selama Diet Worms, Luther menolak untuk menarik kembali posisinya. Apakah dia benar-benar berkata, "Disini saya berdiri, saya tidak bisa berbuat lain" tidak pasti. Apa yang diketahui adalah bahwa dia menolak untuk mengakui kesalahan dan pada tanggal 8 Mei ditempatkan di bawah Ban Imperial. Hal ini menempatkan Luther dan adipati di posisi yang sulit. Luther sekarang orang mengutuk dan diinginkan. Luther bersembunyi di Castle Wartburg sampai Mei tahun 1522 ketika ia kembali ke Wittenberg. Ia melanjutkan mengajar. Pada 1524, Luther meninggalkan biara. Pada 1525, ia menikah dengan Katharina von Bora. Dari 1533 ke kematiannya pada tahun 1546 ia menjabat sebagai Dekan fakultas teologi di Wittenberg. Ia meninggal di Eisleben pada tanggal 18 Februari 1546.
Demikian Postingan tentang Sejarah Biografi Biodata Martin Luther ,semoga bermanfaat Tuhan Yesus Memberkati
Baca SelengkapnyaBiograph Of Martin Luther Martin Luther

Berikut ini saya ingin posting tentang Sejarah Biografi atau biodata dari seorang Hamba Tuhan pencetus reformasi, sehingga melahirkan gereja Kristen Protestan.

Martin Luther  lahir dari seorang petani petani pada November 10, 1483 di Eisleben di Kekaisaran Romawi Suci - dalam apa yang sekarang ini timur Jerman. Segera setelah kelahiran Martin Luther, keluarganya pindah dari Eisleben untuk Mansfeld. Ayahnya adalah seorang penambang relatif berhasil dan smelter dan Mansfeld adalah sebuah kota pertambangan yang lebih besar. Martin Luther adalah anak kedua lahir Hans dan Magarete (Lindemann) Luther. Dua dari saudara-saudaranya meninggal selama wabah wabah. Seorang saudara lain, Yakobus, hidup sampai dewasa. Ayah Martin Luther tahu bahwa pertambangan adalah pekerjaan yang siklis, dan dia ingin keamanan yang lebih menjanjikan untuk anak muda. Hans Luther memutuskan bahwa ia akan melakukan apa saja yang diperlukan untuk melihat bahwa Martin Luther bisa menjadi pengacara. Hans berusaha agar Martin mulai sekolah di Mansfeld mungkin sekitar tujuh. Sekolah menekankan Latin dan sedikit logika dan retorika. Ketika Martin adalah 14 ia dikirim ke Magdeburg untuk melanjutkan studi. Ia tinggal hanya satu tahun di Magdeburg dan kemudian terdaftar di sekolah Latin di Eisenach sampai 1501. Di tahun 1501 ia terdaftar di Universitas Erfurt di mana ia mempelajari kursus dasar untuk Master of Arts (tata bahasa, logika, retorika, metafisika, dll). Signifikan kepada pengembangan spiritual dan teologis adalah peran utama dari William dari Occam teologi dan metafisika dalam kurikulum Erfurt ini. Pada tahun 1505, tampaknya rencana Han Luther hendak akhirnya terwujud. Anaknya berada di ambang menjadi pengacara. Rencana Han Luther terganggu oleh badai dan sumpah. Pada bulan Juli 1505, Martin Luther terjebak dalam badai mengerikan. Takut bahwa ia akan mati, ia berteriak bersumpah, "Selamatkan aku, St Anna, dan aku akan menjadi seorang biarawan." St Anna adalah ibu dari Perawan Maria dan santo pelindung para penambang. Sebagian berpendapat bahwa ini komitmen untuk menjadi seorang bhikkhu tidak bisa datang dari udara tipis dan bukan merupakan pengalaman intensifikasi di mana sebuah pemikiran yang telah dirumuskan diperluas dan diperdalam.



Pada 17 Juli Martin Luther memasuki biara Augustinian di Erfurt. Keputusan untuk masuk biara adalah satu sulit. Martin tahu bahwa ia akan sangat mengecewakan orang tuanya (yang dilakukannya), tetapi ia juga tahu bahwa seseorang harus menjaga janji yang dibuat kepada Allah. Di luar itu, bagaimanapun, ia juga memiliki alasan internal yang kuat untuk bergabung dengan biara. Luther dihantui oleh rasa tidak aman tentang keselamatan (ia menggambarkan rasa tidak aman ini dengan nada yang mencolok dan menyebut mereka Anfectungen atau Penderitaan.) Sebuah biara adalah tempat yang sempurna untuk menemukan jaminan. Jaminan menghindari dia namun. Dia melemparkan dirinya ke dalam kehidupan seorang bhikkhu dengan semangat. Ini tampaknya tidak membantu. Akhirnya, mentornya menyuruhnya untuk fokus pada Kristus dan dia sendirian dalam usahanya untuk jaminan. Meskipun kekhawatirannya akan mengganggu dia selama bertahun-tahun masih akan datang, benih untuk jaminan di kemudian hari telah dibebankan dalam percakapan itu. Pada 1510, Luther perjalanan sebagai bagian dari delegasi dari biara ke Roma (dia tidak terlalu terkesan dengan apa yang dilihatnya.) Pada tahun 1511, Martin Luther dipindahkan dari biara di Erfurt satu di Wittenberg di mana, setelah menerima gelar dokternya teologi, ia menjadi profesor teologi alkitabiah di Universitas Wittenberg yang baru didirikan. Pada 1513, ia mulai ceramah pertamanya pada Mazmur. Dalam kuliah ini, kritik Luther dunia teologis sekitarnya mulai terbentuk. Kemudian, dalam ceramah pada Surat Paulus kepada Jemaat di Roma (tahun 1515/16) kritik ini menjadi lebih terlihat. Ia selama kuliah ini bahwa Luther akhirnya menemukan jaminan yang menghindari dia selama bertahun-tahun. Penemuan yang mengubah hidup Luther akhirnya mengubah jalan sejarah gereja dan sejarah Eropa. Dalam Roma, Paulus menulis tentang Luther selalu dipahami bahwa istilah berarti bahwa Allah adalah hakim yang adil yang menuntut kebenaran manusia "kebenaran Allah.". Sekarang, Luther memahami kebenaran sebagai hadiah kasih karunia Allah. Dia telah menemukan (atau pulih) doktrin pembenaran oleh anugerah. Penemuan ini membuatnya terbakar. Pada 1517, ia diposting selembar tesis untuk diskusi di pintu kapel Universitas. Ini Sembilan puluh Lima Theses ditetapkan kritik yang menghancurkan penjualan gereja tentang indulgensi dan menjelaskan dasar-dasar pembenaran oleh kasih karunia. Luther juga mengirimkan salinan tesis Uskup Agung Albrecht dari Mainz meminta dia untuk mengakhiri penjualan indulgensi. Albrecht tidak senang. Di Roma, kardinal melihat tesis Luther sebagai serangan terhadap otoritas kepausan. Tahun 1518 pada pertemuan Orde Augustinian di Heidelberg, Martin Luther berangkat posisi dengan presisi bahkan lebih. Dalam Perdebatan Heidelberg, kita melihat tanda-tanda jatuh tempo dalam pemikiran Luther dan kejelasan baru sekitar perspektif teologisnya - Teologi Salib. Setelah pertemuan Heidelberg pada bulan Oktober 1518, Luther diperintahkan untuk menarik kembali posisinya oleh utusan kepausan, Thomas Kardinal Cajetan. Luther menyatakan bahwa ia tidak bisa menarik kembali kecuali kesalahan-kesalahannya yang ditunjukkan kepadanya oleh menarik bagi "kitab suci dan akal sehat" dia tidak akan, pada kenyataannya, tidak bisa menarik kembali. Luther menolak untuk menarik kembali set dalam gerakan ekskomunikasi utamanya. Sepanjang 1519, Luther tetap mengajar dan menulis di Wittenberg. Pada bulan Juni dan Juli tahun itu, ia ikut serta dalam perdebatan tentang Indulgensi lain dan kepausan di Leipzig. Akhirnya, pada tahun 1520, Paus sudah cukup. Pada tanggal 15 Juni paus mengeluarkan banteng (Exsurge Domini - Bangunlah O'Lord) mengancam Luther dengan pengucilan. Luther menerima banteng pada tanggal 10 Oktober. Dia dibakar di depan umum pada 10 Desember. Pada bulan Januari 1521, Paus mengucilkan Martin Luther. Pada bulan Maret, ia dipanggil kembali oleh Kaisar Charles V untuk Worms untuk membela diri. Selama Diet Worms, Luther menolak untuk menarik kembali posisinya. Apakah dia benar-benar berkata, "Disini saya berdiri, saya tidak bisa berbuat lain" tidak pasti. Apa yang diketahui adalah bahwa dia menolak untuk mengakui kesalahan dan pada tanggal 8 Mei ditempatkan di bawah Ban Imperial. Hal ini menempatkan Luther dan adipati di posisi yang sulit. Luther sekarang orang mengutuk dan diinginkan. Luther bersembunyi di Castle Wartburg sampai Mei tahun 1522 ketika ia kembali ke Wittenberg. Ia melanjutkan mengajar. Pada 1524, Luther meninggalkan biara. Pada 1525, ia menikah dengan Katharina von Bora. Dari 1533 ke kematiannya pada tahun 1546 ia menjabat sebagai Dekan fakultas teologi di Wittenberg. Ia meninggal di Eisleben pada tanggal 18 Februari 1546.
Demikian Postingan tentang Sejarah Biografi Biodata Martin Luther ,semoga bermanfaat Tuhan Yesus Memberkati

Biograph of Sidney Mohede

Profil Biodata Sidney Mohede
 

Berikut ini adalah postingan tentang Pastor Sidney Mohede.
Sidney Mohede  adalah salah seorang worship leader di True Worshippers dan juga menggembalakan Youth Churh Oxygen sejak tahun 2004 di bawah naungan gereja Jakarta Praise Community Church (JPCC). Selain menjabat sebagai youth pastor, Sidney Mohede juga merupakan bagian dari Worship Advisory Board di JPCC sekaligus director dari True Worshippers Productions. Suami Etha ini merupakan fenomena blantika musik gospel Indonesia, dan telah dipercayakan sebagai worship leader dan gitaris di City Harvest Church Singapura, Hillsong Conference Australia maupun acara Tsunami Relief di Los Angeles, Amerika Serikat. Ia juga telah melayani di Hongkong, Singapura, Australia, New Zealand, dan Canada. Selama dua tahun dalam acara Gospel di Java Jazz 2005 dan 2006, Sidney Mohede dipercayakan sebagai worship leader bekerja sama dengan musisi-musisi dunia. Ayah dari Ethan dan Chelsea ini, telah memproduseri dan merilis beberapa album rohani Kristen dengan penjualan terbaik di seluruh Indonesia, bahkan Asia.


Setelah melayani selama dua belas tahun sebagai pemimpin pujian di GMB, Sidney Mohede mengundurkan diri di bulan Januari 2008 dari band yang telah membesarkan namanya agar ia bisa fokus di Oxygen, JPCC, dan juga keluarganya. Sidney Mohede telah dikenal sebagai penulis lagu yang handal dan telah menulis 100 lagu yang tersebar di berbagai album. Saat ini, ia telah mempercayakan lagu-lagunya kepada Insight Unlimited Publishing sehingga ia dapat fokus sepenuhnya kepada pelayanan yang sedang ia lakukan. Di tahun 2008, ia menjadi duta besar dari Compassion, sebuah yayasan yang difokuskan membantu anak-anak di seluruh dunia melepaskan mereka dari belenggu kemiskinan ekonomi, sosial, dan rohani serta membantu mereka berkembang dan bertumbuh sebagai orang-orang dewasa Kristen yang bertanggung jawab. Dan album terbarunya, “Ada Langit Biru” ini, mendapat dukungan penuh dari Compassion.



Sidney Mohede, keluarga Sidney Mohede, isteri Sidney Mohede, profil Sidney Mohede, biodata Sidney Mohede, pdt Sidney Mohede

Baca SelengkapnyaBiograph of Sidney Mohede
Profil Biodata Sidney Mohede
 

Berikut ini adalah postingan tentang Pastor Sidney Mohede.
Sidney Mohede  adalah salah seorang worship leader di True Worshippers dan juga menggembalakan Youth Churh Oxygen sejak tahun 2004 di bawah naungan gereja Jakarta Praise Community Church (JPCC). Selain menjabat sebagai youth pastor, Sidney Mohede juga merupakan bagian dari Worship Advisory Board di JPCC sekaligus director dari True Worshippers Productions. Suami Etha ini merupakan fenomena blantika musik gospel Indonesia, dan telah dipercayakan sebagai worship leader dan gitaris di City Harvest Church Singapura, Hillsong Conference Australia maupun acara Tsunami Relief di Los Angeles, Amerika Serikat. Ia juga telah melayani di Hongkong, Singapura, Australia, New Zealand, dan Canada. Selama dua tahun dalam acara Gospel di Java Jazz 2005 dan 2006, Sidney Mohede dipercayakan sebagai worship leader bekerja sama dengan musisi-musisi dunia. Ayah dari Ethan dan Chelsea ini, telah memproduseri dan merilis beberapa album rohani Kristen dengan penjualan terbaik di seluruh Indonesia, bahkan Asia.


Setelah melayani selama dua belas tahun sebagai pemimpin pujian di GMB, Sidney Mohede mengundurkan diri di bulan Januari 2008 dari band yang telah membesarkan namanya agar ia bisa fokus di Oxygen, JPCC, dan juga keluarganya. Sidney Mohede telah dikenal sebagai penulis lagu yang handal dan telah menulis 100 lagu yang tersebar di berbagai album. Saat ini, ia telah mempercayakan lagu-lagunya kepada Insight Unlimited Publishing sehingga ia dapat fokus sepenuhnya kepada pelayanan yang sedang ia lakukan. Di tahun 2008, ia menjadi duta besar dari Compassion, sebuah yayasan yang difokuskan membantu anak-anak di seluruh dunia melepaskan mereka dari belenggu kemiskinan ekonomi, sosial, dan rohani serta membantu mereka berkembang dan bertumbuh sebagai orang-orang dewasa Kristen yang bertanggung jawab. Dan album terbarunya, “Ada Langit Biru” ini, mendapat dukungan penuh dari Compassion.



Sidney Mohede, keluarga Sidney Mohede, isteri Sidney Mohede, profil Sidney Mohede, biodata Sidney Mohede, pdt Sidney Mohede

Biograph of Clay Crosse

 
Clay Crosse dibesarkan di Memphis Teennesse . Ia menjadi Kristen pada usia 13.Ia menikahi kekasih SMA-nya, Renee. Awalnya, Clay bekerja sebagai kurir untuk FedEx selama enam tahun.Tanah Clay merilis album pertamanya, My Place Apakah Dengan Anda, pada tahun 1995. "I Surrender All" adalah single paling sukses dari album. Dengan kesuksesan karir musiknya, Clay keluar dari pekerjaannya.


Crosse menjadi terkenal karena single seperti "I Surrender All" dan "My Place Apakah With You". Ia memenangkan Penghargaan Dove untuk "Best New Artist of the Year" pada tanggal 25 GMA Dove Award tahun 1994. Musik Clay memiliki gaya pop. Delapan lagu dari empat album pertamanya menjadi No 1 single.Selama periode ini, ia Dia Berjalan Mile A memenangkan 1997 CCM Adult Contemporary Lagu of the Year. Pada tahun 1998, lagu "Sold Out Believer" mencapai Nomor 15 di chart musik Kristen.Ia juga berkolaborasi dengan Bob Carlisle dan Bebe Winans pada "I Will Follow Kristus".
 
Setelah perjuangan pribadi dengan pornografi, Crosse kehilangan suaranya.  Kabarnya, dia tidak sakit tapi ia tidak bisa menyanyi. Seorang pelatih vokal ia disewa untuk membantu dia menanyakan tentang kehidupan pribadinya. Setelah berdoa dengan pelatih suatu hari, Crosse mengaku perjuangannya kepada istrinya. Butuh satu tahun bagi hubungannya dengan istrinya untuk memperbaiki. Kemudian, Clay menyatakan bahwa ia mampu bernyanyi, meskipun tidak serta sebelumnya.Dengan perubahan dalam kehidupan pribadinya, Clay merilis A Man yang berbeda pada tahun 1999. Lagu-lagu "98", "Orang Berdosa Doa" dan "Arms of Jesus" yang ditulis mencerminkan perjuangan pribadinya.Touring dengan Jaci Velazques , ia berbicara kepada remaja tentang pantang seksual sebelum menikah. Dua penyanyi bekerja bersama dengan gerakan mahasiswa nasional, True Love Waits untuk mempromosikan kemurnian seksual.


Setelah merilis Natal dengan Tanah Clay Crosse, Clay menjabat sebagai ibadah pendeta untuk The Kasih Kristus (TLC) Community Church di Memphis bawah kepala pendeta Dana Key (orang Kristen Grup rock DeGarmo dan Key). Selama waktu ini, peluncuran album ibadah hidup ini dikonsep.Clay  menandatangani kesepakatan dengan Artis Grup TAG untuk melepaskan CD dan DVD dengan keabadian Anda:. Hidup Ibadah  Rilis dari CD dan DVD bertepatan dengan penerbitan bukunya, I Surrender All. Pada tahun 2007, ia merilis single "Believe".


Crosse mengatakan bahwa ia telah berjuang dengan nafsu. Hal ini pada akhirnya mulai mengikis fondasi pernikahannya. Kemudian pada tahun 1998, Crosse memiliki pengalaman yang mengubah hidup pada penerbangan pulang dari Seattle dan ini akibatnya menyebabkan rilis album berikutnya A Man berbeda  Setelah ini, istrinya Renee mulai menemaninya pada wisata dan pasangan mulai berbagi pengalaman mereka pernikahan ditingkatkan.
 
Clay Crosse dan Renee Crosse juga co-menulis sebuah buku dengan Mark Tabb berjudul, I Surrender All:. Membangun kembali sebuah Pernikahan Broken oleh Pornografi
Saat ini, Clay dan Renee menjalankan Rumah Suci pelayanan.
Baca SelengkapnyaBiograph of Clay Crosse  
Clay Crosse dibesarkan di Memphis Teennesse . Ia menjadi Kristen pada usia 13.Ia menikahi kekasih SMA-nya, Renee. Awalnya, Clay bekerja sebagai kurir untuk FedEx selama enam tahun.Tanah Clay merilis album pertamanya, My Place Apakah Dengan Anda, pada tahun 1995. "I Surrender All" adalah single paling sukses dari album. Dengan kesuksesan karir musiknya, Clay keluar dari pekerjaannya.


Crosse menjadi terkenal karena single seperti "I Surrender All" dan "My Place Apakah With You". Ia memenangkan Penghargaan Dove untuk "Best New Artist of the Year" pada tanggal 25 GMA Dove Award tahun 1994. Musik Clay memiliki gaya pop. Delapan lagu dari empat album pertamanya menjadi No 1 single.Selama periode ini, ia Dia Berjalan Mile A memenangkan 1997 CCM Adult Contemporary Lagu of the Year. Pada tahun 1998, lagu "Sold Out Believer" mencapai Nomor 15 di chart musik Kristen.Ia juga berkolaborasi dengan Bob Carlisle dan Bebe Winans pada "I Will Follow Kristus".
 
Setelah perjuangan pribadi dengan pornografi, Crosse kehilangan suaranya.  Kabarnya, dia tidak sakit tapi ia tidak bisa menyanyi. Seorang pelatih vokal ia disewa untuk membantu dia menanyakan tentang kehidupan pribadinya. Setelah berdoa dengan pelatih suatu hari, Crosse mengaku perjuangannya kepada istrinya. Butuh satu tahun bagi hubungannya dengan istrinya untuk memperbaiki. Kemudian, Clay menyatakan bahwa ia mampu bernyanyi, meskipun tidak serta sebelumnya.Dengan perubahan dalam kehidupan pribadinya, Clay merilis A Man yang berbeda pada tahun 1999. Lagu-lagu "98", "Orang Berdosa Doa" dan "Arms of Jesus" yang ditulis mencerminkan perjuangan pribadinya.Touring dengan Jaci Velazques , ia berbicara kepada remaja tentang pantang seksual sebelum menikah. Dua penyanyi bekerja bersama dengan gerakan mahasiswa nasional, True Love Waits untuk mempromosikan kemurnian seksual.


Setelah merilis Natal dengan Tanah Clay Crosse, Clay menjabat sebagai ibadah pendeta untuk The Kasih Kristus (TLC) Community Church di Memphis bawah kepala pendeta Dana Key (orang Kristen Grup rock DeGarmo dan Key). Selama waktu ini, peluncuran album ibadah hidup ini dikonsep.Clay  menandatangani kesepakatan dengan Artis Grup TAG untuk melepaskan CD dan DVD dengan keabadian Anda:. Hidup Ibadah  Rilis dari CD dan DVD bertepatan dengan penerbitan bukunya, I Surrender All. Pada tahun 2007, ia merilis single "Believe".


Crosse mengatakan bahwa ia telah berjuang dengan nafsu. Hal ini pada akhirnya mulai mengikis fondasi pernikahannya. Kemudian pada tahun 1998, Crosse memiliki pengalaman yang mengubah hidup pada penerbangan pulang dari Seattle dan ini akibatnya menyebabkan rilis album berikutnya A Man berbeda  Setelah ini, istrinya Renee mulai menemaninya pada wisata dan pasangan mulai berbagi pengalaman mereka pernikahan ditingkatkan.
 
Clay Crosse dan Renee Crosse juga co-menulis sebuah buku dengan Mark Tabb berjudul, I Surrender All:. Membangun kembali sebuah Pernikahan Broken oleh Pornografi
Saat ini, Clay dan Renee menjalankan Rumah Suci pelayanan.